-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Serindit Melayu

| April 24, 2013 WIB
SERINDIT, saat ini sudah jarang di temukan di Pekanbaru. Penyebabnya karena pohon-pohon tempat hinggap, mencari makan, dan bersarang, telah disulap menjadi hutan beton.


Rakyat Melayu Riau mengabadikan serindit dalam berbagai cerita rakyat. Dalam dongeng rakyat Melayu yang kerap dikisahkan oleh penutur lisan, serindit menjadi simbol kebijaksanaan, keindahan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati dan kearifan. IItulah mengapa Serindit dijadikan simbol Propinsi Riau, yakni pada hulu keris yang disebut hulu keris kepala Serindit.

Bahkan dulu, konon pada tiap-tiap teritis rumah rakyat Melayu Riau tak jauh dari ambang pintu muka, tergantung burung serindit yang menjadi penanda kearifan dan kerendahan hati sang empunya, serta penolak bala. Sekarang masyarakat Riau, apalagi generasi mudanya amat jarang melihat apalagi mengenal lebih dalam burung bernama latin Loriculus galgulus (Linnaeus) itu.

Riau, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki populasi serindit yang terbesar, sampai kini tetap dianggap pemilik sah satwa identitas Bumi Lancang Kuning tersebut.


Jika mengacu pada Serikat Antarbangsa bagi Konservasi Alam atau International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources, dalam IUCN Red List, status konservasi burung Serindit ditetapkan pada level “Least Concern” (LC), atau berisiko rendah. Artinya burung yang lincah dan enerjik itu, masih ada di alam bebas, namun agar tak terancam kehidupannya, habitat aslinya perlu dipelihara.

Kini jika warga Pekanbaru ingin melihat dan mengetahui tentang burung Serindit, satu-satu tempat paling tepat adalah berkunjung ke Pasar Burung Palapa di Jalan Durian.*3