sentanapers, PEKANBARU -- Ada ratusan orang penggemar burung di kota Pekanbaru. Cara mudah mencari mereka selain di arena kontes burung, tentu saja di pasar burung.
Hanya ada satu pasar yang khusus memperjualbelikan burung, namanya: Pasar Burung.
Lokasinya menyatu dengan Pasar Palapa di Jalan Durian. Pasar ini menjadi sentra jual beli burung termasuk berbagai kegiatan komunitas pecinta burung, sering diadakan di sini.
Pamor Pasar Burung Palapa sejauh ini kurang moncer ketimbang pasar-pasar lain. Pengunjungnya rata-rata berasal dari penggemar burung, jarang masyarakat umum datang kecuali pengunjung dari kota-kota lain di tanah air. Padahal, seperti dituturkan Yasar, salah seorang penjual burung di sini, pasar burung juga sangat menarik karena di sini sering diadakan kontes burung.
Budi, seorang penjual burung lainnya mengaku bertepatan dengan momen PON XVIII tahun lalu pengunjung dari masyarakat umum lumayan banyak. Yang dicari adalah burung Serindit. Gara-gara jadi maskot Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII, burung ini menjadi burung yang paling banyak dicari untuk dipelihara di Pekanbaru.
Banyak orang yang menanyakan Serindit, burung yang bergelar Si Panglima Hijau itu. Saat itu, jelas Budi, tukang pikat dari berbagai daerah seperti Bangkinang dan lainnya banyak yang mengantar Serindit.
"Waktu itu banyak yang menanyakan. Serindit termasuk burung yang favorit, meskipun bukan burung kicauan “kelas satu”, seperti halnya Murai Batu, Kenari, Lovebird, Anis Merah ataupun Anis Kembang. Mungkin karena jadi maskot PON," kata Budi.
Jika Serindit dihargai Rp50 ribu hingga Rp70 ribu, maka untuk burung paling terkenal di kalangan pecinta burung, yakni Murai Batu harganya terbilang mahal. Mulai dari Rp3 juta bahkan bisa mencapai Rp30 juta.
"Kalau harga biasanya juga dipengaruhi kondisi fisik dan kicauan. Bahkan kalau jam terbang ikut kontesnya bagus, harganya lumayan tinggi," tutur Yasar.
Pasar burung di Pasar Palapa tidak saja dikunjungi oleh pecinta burung yang berasal dari kota Pekanbaru. Menurut Yasar dan Budi, hampir tiap Sabtu atau Ahad banyak pengunjung dari luar Riau yang datang seperti Medan, Palembang dan pulau Jawa.
Fakta tersebut seharusnya membuka mata Pemko Pekanbaru khususnya Dinas Pariwisata untuk mendukung perbaikan sarana fisik dan promosi Pasar Burung.
"Kalau promosi dari pemerintah saya rasa kurang bahkan tidak ada. Makanya kami memanfaatkan saja media sosial seperti facebook, twitter untuk berpromosi," ujar Yasar.
Yasar berharap pihak Pemko Pekanbaru mau menjalin kerja sama dengan seluruh penjual burung dan komunitas pecinta burung Pekanbaru untuk menjadikan aktifitas di Pasar Burung sebagai salah satu kalender wisata.
"Sekarang akses jalan ke sini kurang baik, kami berharap bisa diperbaiki.
Padahal dari segi koleksi burung dan aktifitas kominitas pecinta burung kota Pekanbaru sangat potensial menjadi daya tarik bagi pelancong dari luar Riau. Tiga kali sebulan di Pasar Burung Palapa selalu diadakan Kontes Burung.
"Istilahnya, jangan malu-maluin dong kondisi Pasar Burung seperti ini di mata orang luar. Dibuatlah supaya keren!" Pungkas Yasar. (Oce)
Fakta tersebut seharusnya membuka mata Pemko Pekanbaru khususnya Dinas Pariwisata untuk mendukung perbaikan sarana fisik dan promosi Pasar Burung.
"Kalau promosi dari pemerintah saya rasa kurang bahkan tidak ada. Makanya kami memanfaatkan saja media sosial seperti facebook, twitter untuk berpromosi," ujar Yasar.
Yasar berharap pihak Pemko Pekanbaru mau menjalin kerja sama dengan seluruh penjual burung dan komunitas pecinta burung Pekanbaru untuk menjadikan aktifitas di Pasar Burung sebagai salah satu kalender wisata.
"Sekarang akses jalan ke sini kurang baik, kami berharap bisa diperbaiki.
Padahal dari segi koleksi burung dan aktifitas kominitas pecinta burung kota Pekanbaru sangat potensial menjadi daya tarik bagi pelancong dari luar Riau. Tiga kali sebulan di Pasar Burung Palapa selalu diadakan Kontes Burung.
"Istilahnya, jangan malu-maluin dong kondisi Pasar Burung seperti ini di mata orang luar. Dibuatlah supaya keren!" Pungkas Yasar. (Oce)