-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Cerita Febri Diansyah Jubir KPK: Newbie dan Dibekali Istri Kunci Duplikat

| Desember 29, 2019 WIB



KILAS RIAU, Jakarta -- Lima hari lalu, Senin 23 Desember, Juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membuka malam dengan kalimat ringan namun berat.

"Temanku yang baik, tersenyumlah. Dunia ini senda gurau belaka..," begitu tulis Febri melalui akun Twitternya @efdesaja.

Tiga hari kemudian, 26 Desember 2019 pria bergelar Sutan Piobang  kelahiran  Padang, Sumatra Barat, 8 Februari  1983 ini melepas jabatannya sebagai juru bicara KPK.  Setelah pimpinan baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dilantik pada 20 Desember 2019, jabatan juru bicara (jubir) KPK pun dilepaskan oleh Febri Diansyah.

Akhir pekan, Sabtu kemarin pria kalem ini bercerita sekilas pengalamannya masuk dan berada di komisi anti rasuah itu. Berikut saya rangkum thread Febri di Twitter dengan sedikit perbaikan ejaan di sana-sini.


Febri Diansyah, Sebuah Utas



Saya dikirimi oretan ini. Meskipun yang bikin gak ngaku dan justru jawab, "Sst..", Tapi makasi 🙂 
Tanpa bermaksud mengusik kaum #SabtuRebahan saya mau berbagi yang ringan-ringan aja cerita awal dan pelaksanaan tugas sebagai Juru Bicara KPK selama 3 tahun ini.

Hari itu, 5 Des 2016. Saya masih di kubikel abu-abu ruang Direktorat Gratifikasi KPK. Saat sedang finalisasi laporan kajian penerapan Pasal 12 B (gratifikasi), sebuah panggilan masuk ke IpTell. Dari Biro SDM.

Seorang perempuan bicara di ujung telpon. "Mas Febri, besok agenda pelantikan". Saya sih iya-iya saja, karena gak tau itu pelantikan siapa. Saya pikir itu undangan biasa untuk hadir sebagai peserta. Tapi kemudian ia tambahkan, "Pake jas ya. Dan bawa Isteri." Nah.

Persoalannya, saat itu saya tidak punya sepotong pun jas di lemari. Sepotong saja tidak ada, apalagi lengkap, hehe. Satu-satunya jas agak kebesaran yang saya pakai saat nikahan 2008 dipinjam dari mas @abdullah_dahlan ðŸĪ­

Singkat kata, saya hubungi isteri dan sore setelah jam kantor usai, kami pergi ke ITC Kuningan. Hingga akhirnya menemukan sebuah jas yang dibikin orang lain tapi tidak pernah ia ambil di tempat jahit tersebut.  "Ini udah sejak tahun lalu," kata mas yang jagain toko.

6 Desember 2016, saya dilantik sebagai Kepala Biro Humas. Saat itu, salah satu tugas Karohumas adalah menjadi juru bicara. Di hari pertama itulah, kacamata saya ketinggalan di rumah 👓 *penting. 

Dan setelah pelantikan, dengan terbata-bata saya menjawab pertanyaan jurnalis. *newbie

Kenapa kacamata? Selain memang soal minus dan slindris, bagi saya, kadang 👓 membantu "menyembunyikan" kegugupan. (Kalau kacamata hitam, bahkan kadang bisa menutupi tangis *eh).

Di hari-hari pertama menjadi Jubir KPK, saat itu masih di gedung lama C1. Seorang jurnalis menghampiri dan bilang, "Bang batiknya gak bagus untuk foto dan TV."

 Nah.. saya pikir, kalau saja saat tes ada penilaian batik, mungkin malah gak lolos 😁

Tapu itu hebatnya jurnalis di KPK yang selalu blak-blakan. Mulai soal batik, template kutipan, hingga substansi tentang antikorupsi. 

Akhir kata, saya harus cari batik lengan panjang, dan biar murah + jarang digunakan orang. Nyarinya di outlet-outlet yang deket rumah ðŸĪ­ (tapi tetap aja ada yang mirip)

Di hari pertama bertugas, saya diminta mengumumkan sebuah penyidikan baru. Hanya membacakan pointers saat itu. Kemudian saat doorstop awal itu, rasanya ada ribuan pertanyaan yg 1/2 nya saja mungkin saya ga tau jawabannya ðŸĪŠ

Tp saya belajar setiap hari, membaca dakwaan hingga putusan, diskusi dengan tim humas dan yang tangani kasus-kasus yang jadi perhatian, minta pendapat wartawan di C1 saat itu, hingga tak lupa belajar dari Jubir sebelumnya. 

Kemudian terjadi OTT kasus Bakamla. Pelakunya berlatar sipil dan militer 😌

Baru aja belajar kasus lain, harus buka lagi literatur tentang hukum acara pidana militer, pembagian tugas POM TNI dan KPK, dan konstruksi perkaranya. Dan selain substansi, yang juga sangat penting adalah bagaimana mengelola komunikasi publiknya karena isu ini sangat sensitif saat itu.

Desember 2016 terlewati. Setiap hari dilalui dengan helaan nafas panjaang 😌 

Sampai suatu hari, usai RDP (rapat dengar pendapat-red) pertama dengan Komisi III DPR. Saat saya berjalan tidak terlalu jauh di belakang Pak Agus, Ketua KPK dan saya sedang ngobrol dengan beberapa wartawan di DPR. Tiba-tiba ada rombongan datang ke arah saya 🙄

Dengan tetap berupaya tenang, saya tanya, kenapa mas/mbak. Akhirnya diceritakan, tadi Oak Agus bilang ada penggeledahan, tapi gak ngasi tau di mana dan tentang apa. Kemudian bilang sambil menunjuk ke belakang, tanya ke Febri ya 😭 *kan saya ga tauuuu itu apaa ya..

Tapi tiba-tibq saya ingat, saat seorang penyidik ngasi tau paginya, mereka akan ada kegiatan di Jakarta. Penyidikan pertama di 2017 saat itu, mantan Dirut Garuda Indonesia diduga menerima suap bersama pihak lain sekitar Rp20 miliar.  Tapi penyidik sempat berpesan, masih confidential ya.. ðŸ˜Ĩ

Akhirnya saya putuskan menyampaikan informasi pendek: mengkonfirmasi kegiatan penggeledahan yang berlokasi di Jakarta dalam sebuah penyidikan baru. Kasusnya apa, akan disampaikan di konferensi pers secara resmi. Karena memang penggeledahan di lokasi tersebut sudah selesai.

Ksus suap pembelian mesin dan pesawat Garuda Indonesia ini berjalan cukup lama. Karena memang bukti-bukti berada di sejumlah negara, aliran dana puluhan rekening di beberapa negara, hingga berkembang ke suap sekitar Rp100 M dan pencucian uang. Tapi minggu lalu persidangan sudah dimulai.

Tentang kasus, masing-masing unik dari aspek penyampaian ke publik.  Jd kalau dibahas mungkin panjang. Singkat kata hari demi hari terlewati ðŸĪŠ Tiap malam menjelang pagi hampir selalu mengganggu isteri untuk buka pagar dan pintu. Hingga akhirnya saya dibekali senjata pusaka.. kunci duplikat!!! 😉

Ada cerita lain juga tentang dialog-dialog di TV. Saya cukup sering bertemu @Fahrihamzah dan sejumlah politisi, pimpinan instansi, akademisi, masyarakat sipil. Satu hal yang selalu saya bilang ke teman-teman yang nonton sambil sebel; Jangan emosi, ketika kamera off ada banyak senyum dan canda sebenarnya.

Satu hal yang saya lakukan saat dialog adalah mencatat atau mendengar dengan telaten. Karena saya percaya, kebaikan bisa berasal dari mana saja, mungkin juga dari lengkingan serigala atau gemerisik semak. 

Meskipun sebagai Juru Bicara, sikap lembaga harus clear disampaikan. Info tidak benar harus diklarifikasi.

Dua peristiwa lain yang berpengaruh dalam pelaksanaan tugas sebagai Juru Bicara KPK adalah Pansus Angket dan Revisi UU KPK. 

Mungkin di sesi lain kita bisq obralkan ini 🙂 


Deg-degan Tiap Jumat

Dan sesuatu yang butuh nafas panjang adalah penyerangan Novel.

Singkat cerita, tahun berganti. 2018 merupakan tahun dengan hari libur terbanyak. Untuk tetap ngantor ðŸĪĢðŸĪĢðŸĪĢ kami di tim terkait di Humas agak sering deg-degan di hari Jumat dan Sabtu. Jika ada OTT, maka selamat tinggal weekend. Ada juga yangg jadikan ini alasan pembenar jadi jomblo.. hmm

2018 juga aturan baru itu ada. Peraturan KPK No. 3 Tahun 2018 yg memisahkan Kepala Biro Humas dan Juru Bicara. Pemisahan ini salah satu yang saya usulkan ke pimpinan saat itu. Tapi, pimpinan saat itu tetap perintahkan saya jalankan tugas Juru Bicara.

Uniknya di KPK, tugas boleh saja bertambah banyak, jabatan boleh saja lebih ditambah, tapi penghasilan tetap karena konsep single salary system tersebut. Dan jangan salah, Plt Jubir yang baru ditunjuk juga tidak ada honor atau gaji tambahan lho. Jadi memang  syukur rela menjalankan tugas baru.

Begitulah, hingga 26 Des 2019, di hari pertama saya masuk kantor sejak bedrest, saya sampaikan tugas saya sebagai Juru Bicara KPK selesai. Esoknya, saat bangun tidur 3 anak lelaki saya bertanya, "Bapak sudah tidak jadi Juru Bicara KPK lagi?"

Saya jawab, "Ya."

Dan mereka melompat-lompat senang 🙂

Editor: Oce Satria