Menyebut nama Zaidir Albaiza SH ada tiga hal yang lekat di benak publik: Merakyat, Pasar dan mobil L-300. Bagaimana ketiga hal tersebut bisa familiar pada sosok politisi Partai kebanagkitan Bangsa (PKB) ini? Zaidir Albaiza SH yang kembali maju di Pemilu 2014 nanti melalui daerah pemilihan Marpoyan Damai dan Bukit Raya menjawabnya dengan santai. Berikut petikan perbincangan dengan Zaidir Albaiza, anggota Komisi II DPRD Kota Pekanbaru, Ketua Badan Legislasi (Baleg DPRD), Ketua Ikatan Sosial Pedagang Pasar Senapelan (ISPPAS) dan berbagai organisasi sosial lainya, dengan Pekanbaru MX:
Satu pertanyaan sederhana Bang Zaidir, Anda dikenal sebagai politisi yang merakyat. Apakah itu hal yang sengaja direncanakan?
Bukan, sikap merakyat ini bukan sesuatu yang disetting, tapi muncul secara alamiah dan ia datang dari sikap keseharian saya. Bagi saya di manapun posisi kita, apapun pangkat dan jabatan kita tak ada artinya bagi rakyat bila mereka merasa keberadaan kita jauh. Karena itu sikap merakyat adalah juga hal yang diinginkan rakyat. Karena itu saya merasa tak ada masalah hubungan saya dengan semua kalangan.
Nama Zaidir Albaiza juga identik dengan pedagang, terutama kalangan pedagang di semua pasar di Kota Pekanbaru. Kenapa?
Itu karena saya berasal dari komunitas pasar. Saya adalah mantan pedagang pasar. Makanya bila menyangkut persoalan pasar dan pedagang saya selalu cepat meresponnya. Apalagi sebagai anggota Komisi II yanag membidangi masalah perekonomian, titik perhatian saya tetap, bagaimana caranya memperjuangkan agar nasib pedagang pasar maupun teman-teman pedagang kaki lima (PKL) menjadi lebih baik. Saya terus berupaya meminta Pemko Pekanbaru agar memberi perhatian lebih pada upaya peningkatan ekonomi pedagang.
O ya, terkait nasib pedagang Pasar Cik Puan, bagaimana ke depannya? Anda terus memperjuangkan mereka?
Karena dasar saya dulu adalah pedagang pasar juga, maka secara otomatis apa yang dirasakan para pedagang, apa yang menjadi keinginan pedagang , itulah yang ada dalam pikiran saya setiap hari. Semampu saya, saya akan terus memperjuangakan agar keberadaan pedagang pasar Cik Puan nantinya harus diakomodir oleh Pemko. Siapapun pengelola Pasar Cik Puan nantinya, pedagang yang saat ini ada di areal penampungan tidak boleh diabaikan. Mereka harus diprioritaskan!
Pedagang Pasar Cik Puan tentu sangat berharap seperti itu.
Karena itu saya ingin meneruskan perjuangan ini, mohon didoakan agar perjuangan saya terus berlanjut. Sebab setiap perjuangan tentu tak luput dari dukungan.
Omong-omong, bagaimana cerita L-300, mobil yang setia menemani aktifitas Anda itu?
Bagi saya kendaraan itu yang penting adalah fungsinya sebagai sarana yang membantu mobilitas keseharian. Merek maupun harga mobil bagi saya tidak penting. Asal bisa digunakan maka saya akan terus memakainya. Jadi bagi saya tak perlu mobil mewah dan bermerek hanya untuk sekedar beraktifitas.
Dari dulu sampai sekarang saya lebih nyaman mengendari L 300 ini, selain nyaman juga cocok dengan karakter saya yakni sederhana dan merakyat. Begitu orang sering mengatakan tentang hal ini. Percuma kan mobil mewah tapi kita jauh dari rakyat.
Lagi pula semua ini, harta benda tak ada artinya di mata Allah kecuali amal perbuatan dan kebaiakan yang kita lakukan untuk orang lain. Allah sudah mengatakan di surat Al Maidah 5:40,
"Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah-lah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"
Sejauh ini bagaimana hubungan Anda, terutama warga dimana suara mereka dipercayakan pada Anda?
Karena pada dasarnya saya berasal dari kalangan masyarakat biasa, maka hubungan saya, baik komunikasi maupun interaksi berjalan wajar saja. Karena itu bagi saya turun ke tengah masyarakat itu sudah bukan hal aneh lagi. Kita tidak canggung dan memang tidak boleh canggung, sebab apabila kita membuat jarak dengan rakyat tentu kita tidak maksimal menyerap apa yang menjadi aspirasi mereka.
Pemko Pekanbaru menurut saya sejauh ini masih menaganktirikan pedagang kecil. Lihat saja bagaimana Pemko tidak punya kemampuan mengembangkan pasar tradisional agar mampu berkembang dan bersaing. Sementara terhadap pengusaha bermodal besar Pemko sangat welcome. Hal itu tentu sangat merugikan danmenyakiti hati rakyat. Yang paling penting adalah nasib warga Kota Pekanbaru harus menjadi prioritas utama bagi kita untuk diperhatikan.
Pertanyaan terakhir, bila nanti Anda diamanahi kembali mewakili rakyat, apa semangat Anda masih tetap sama?
Soal semangat, insyaallah saya adalah orang yang selalu bersemangat dalam aktifitas apapun. Apalagi sebagai politisi dan anggota dewan, ini adalah ladang amal saya. Sejujurnya saya ingin terus berbuat lebih banyak untuk Warga Kota Pekanbaru ini.
Meski saya sadari, kemauan kita pasti tidak ada batasnya, namun di sisi lain kemampuan ada batasnya. Maka di sinilah bagaimana caranya mensinergikan kemampuan yang ada dengan realita yang kita hadapi. Saya yakin jika niat kita lurus insyaallah Allah SWT akan menuntun jalan kita di rel yang ia ridhoi.
Satu pertanyaan sederhana Bang Zaidir, Anda dikenal sebagai politisi yang merakyat. Apakah itu hal yang sengaja direncanakan?
Bukan, sikap merakyat ini bukan sesuatu yang disetting, tapi muncul secara alamiah dan ia datang dari sikap keseharian saya. Bagi saya di manapun posisi kita, apapun pangkat dan jabatan kita tak ada artinya bagi rakyat bila mereka merasa keberadaan kita jauh. Karena itu sikap merakyat adalah juga hal yang diinginkan rakyat. Karena itu saya merasa tak ada masalah hubungan saya dengan semua kalangan.
Nama Zaidir Albaiza juga identik dengan pedagang, terutama kalangan pedagang di semua pasar di Kota Pekanbaru. Kenapa?
Itu karena saya berasal dari komunitas pasar. Saya adalah mantan pedagang pasar. Makanya bila menyangkut persoalan pasar dan pedagang saya selalu cepat meresponnya. Apalagi sebagai anggota Komisi II yanag membidangi masalah perekonomian, titik perhatian saya tetap, bagaimana caranya memperjuangkan agar nasib pedagang pasar maupun teman-teman pedagang kaki lima (PKL) menjadi lebih baik. Saya terus berupaya meminta Pemko Pekanbaru agar memberi perhatian lebih pada upaya peningkatan ekonomi pedagang.
O ya, terkait nasib pedagang Pasar Cik Puan, bagaimana ke depannya? Anda terus memperjuangkan mereka?
Karena dasar saya dulu adalah pedagang pasar juga, maka secara otomatis apa yang dirasakan para pedagang, apa yang menjadi keinginan pedagang , itulah yang ada dalam pikiran saya setiap hari. Semampu saya, saya akan terus memperjuangakan agar keberadaan pedagang pasar Cik Puan nantinya harus diakomodir oleh Pemko. Siapapun pengelola Pasar Cik Puan nantinya, pedagang yang saat ini ada di areal penampungan tidak boleh diabaikan. Mereka harus diprioritaskan!
Pedagang Pasar Cik Puan tentu sangat berharap seperti itu.
Karena itu saya ingin meneruskan perjuangan ini, mohon didoakan agar perjuangan saya terus berlanjut. Sebab setiap perjuangan tentu tak luput dari dukungan.
Omong-omong, bagaimana cerita L-300, mobil yang setia menemani aktifitas Anda itu?
Bagi saya kendaraan itu yang penting adalah fungsinya sebagai sarana yang membantu mobilitas keseharian. Merek maupun harga mobil bagi saya tidak penting. Asal bisa digunakan maka saya akan terus memakainya. Jadi bagi saya tak perlu mobil mewah dan bermerek hanya untuk sekedar beraktifitas.
Dari dulu sampai sekarang saya lebih nyaman mengendari L 300 ini, selain nyaman juga cocok dengan karakter saya yakni sederhana dan merakyat. Begitu orang sering mengatakan tentang hal ini. Percuma kan mobil mewah tapi kita jauh dari rakyat.
Lagi pula semua ini, harta benda tak ada artinya di mata Allah kecuali amal perbuatan dan kebaiakan yang kita lakukan untuk orang lain. Allah sudah mengatakan di surat Al Maidah 5:40,
"Tidakkah kamu tahu, sesungguhnya Allah-lah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu"
Sejauh ini bagaimana hubungan Anda, terutama warga dimana suara mereka dipercayakan pada Anda?
Karena pada dasarnya saya berasal dari kalangan masyarakat biasa, maka hubungan saya, baik komunikasi maupun interaksi berjalan wajar saja. Karena itu bagi saya turun ke tengah masyarakat itu sudah bukan hal aneh lagi. Kita tidak canggung dan memang tidak boleh canggung, sebab apabila kita membuat jarak dengan rakyat tentu kita tidak maksimal menyerap apa yang menjadi aspirasi mereka.
Pemko Pekanbaru menurut saya sejauh ini masih menaganktirikan pedagang kecil. Lihat saja bagaimana Pemko tidak punya kemampuan mengembangkan pasar tradisional agar mampu berkembang dan bersaing. Sementara terhadap pengusaha bermodal besar Pemko sangat welcome. Hal itu tentu sangat merugikan danmenyakiti hati rakyat. Yang paling penting adalah nasib warga Kota Pekanbaru harus menjadi prioritas utama bagi kita untuk diperhatikan.
Pertanyaan terakhir, bila nanti Anda diamanahi kembali mewakili rakyat, apa semangat Anda masih tetap sama?
Soal semangat, insyaallah saya adalah orang yang selalu bersemangat dalam aktifitas apapun. Apalagi sebagai politisi dan anggota dewan, ini adalah ladang amal saya. Sejujurnya saya ingin terus berbuat lebih banyak untuk Warga Kota Pekanbaru ini.
Meski saya sadari, kemauan kita pasti tidak ada batasnya, namun di sisi lain kemampuan ada batasnya. Maka di sinilah bagaimana caranya mensinergikan kemampuan yang ada dengan realita yang kita hadapi. Saya yakin jika niat kita lurus insyaallah Allah SWT akan menuntun jalan kita di rel yang ia ridhoi.