PEKANBARU - - Meski DPRD Kota Pekanbaru mengancam hendak membentuk Pansus kelistrikan terkait seringnya pemadaman listrik, tak membuat PT PLN (Persero) Wilayah Riau dan Kepulauan Riau berani memberi jaminan kenyamanan pelanggan selama bulan Ramadhan.
General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Doddy Pangaribuan memberikan alasan bahwa pihaknya tak bisa menggaransi tidak akan ada pemadaman saat beban puncak pada malam hari karena terbatasnya pembangkit yang tersedia.
"PLN sudah melakukan berbagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, namun tetap saja kami tidak menjamin adanya gangguan yang sewaktu-waktu bisa terjadi," ujar Doddy Pangaribuan, Rabu (10/7)
Pernyataan Doddy tersebut seolah membantah pernyataan Manager Humas PLN Riau-Kepri, Suhatman kepada wartawan pekan lalu yanga menjamin tak akan ada pemadaman selama bulan Ramadhan. Bahkan PLN WRKR juga sudah memberi janji kepada Asisten II Setdaprov Riau Emrizal Pakis bahwa PLN tidak akan memadamkan listrik selama Ramadhan jika tidak ada gangguan yang berarti.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru Roni Amriel SH pun mengaku dirinya kesal atas kinerja PLN terutama di wilayah Pekanbaru atas pemadaman listrik secara mendadak dan terlalu sering. Bahkan di satu wilayah listrik bisa mati berkali-kali.
“Masalahnya, akibat listrik mati tanpa beraturan dan pengumuman sebelumnya itu sangat merugikan pelanggan. Keluhan kepada Komisi IV dari pelanggan sudah sering, makanya bila hal tersebut tetap berlangsung kami sepakat harus dibentuk Pansus Kelistrikan,” ungkap Roni menanggapi buruknya kinerja PLN WRKR.
Sementara itu mantan Ketua Pansus Krisis Listrik, DPRD Pekanbaru tahun 2009 , M Sabarudi ST mengatakan seringnya pemadaman listrik saat ini hampir sama kondisinya pada tahun 2009 lalu, dimana pada saat itu PLN sering melakukan pemadaman listrik di Kota Pekanbaru dengan jangka waktu yang lama.
Sabarudi yang juga Sekretaris Komisi IV mengatakan, Pansus kelistrikan bisa saja dibentuk dengan tujuan mengevaluasi kinerja PT PLN Wilayah Riau dan Riau Kepulauan. Berkaca pada pengalaman Pansus 2009 lalu, Sabarudi menilai kinerja PLN masih belum membaik.
Rebutan Daya dengan Pelanggan Besar
Ia juga menuding pelanggan-pelanggan besar seperti mall, hotel dan swalayan yang kian menjamur sekarang ikut andil merebut daya tidak saja pada beban puncak pada pukul 18.00 Wib sampai 22.00 Wib bahkan juga siang hari.
"Seharusnya PLN bisa melakukan tindakan atau pengaturan khusus kepada pelanggan besar tersebut. Misalnya meminta mereka menyediakan dan menggunakan genset di saat beban puncak. Ini demi memberikan kenyamanan kepada pelanggan kecil seperti rumah tangga yang notabene adalah warga kota Pekanbaru," ungkap politisi Partai Keadilan Sejahtera tersebut kepada Pekanbaru MX.
Menyinggung upaya meminta kerjasama perusahaan-perusahaan besar seperti PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP)
dan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)untuk menyumbang daya, Sabarudi mengatakan hal tersebut pernah dicoba namun tak pernah terealisasi. Perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Riau konon memiliki kelebihan daya maupun turbin yang tidak digunakan karena adanya pengurangan pekerjaan.
"Kita tidak bisa juga memaksa mereka memberikan daya atau meminjamkan pembangkit. Sudah pernah dicoba dan tak ada respon dari mereka," kata Sabarudi. Karena itu Sabarudi melihat solusi membangun pembangkit adalah jalan satu-satunya. Pemerintah pusat harus ikut memikirkan persoalan energi di Riau.
"Pusat tak adil dalam persoalan pembangunan pembangkit untuk di Riau. Padahal Riau, merupakan daerah penyumbang dana yang besar bagi pusat, setelah Kalimantan Timur. Lucu sekali rasanya, Riau yang merupakan penyumbang energi kedua terbesar di Indonesia, namun pada kenyataan hingga saat ini PLN WRKR selalu mengatakan anggaran yang menjadi permasalahan pada saat membangun pembangkit," tambah Sabarudi. [eka satria]
General Manager PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Doddy Pangaribuan memberikan alasan bahwa pihaknya tak bisa menggaransi tidak akan ada pemadaman saat beban puncak pada malam hari karena terbatasnya pembangkit yang tersedia.
"PLN sudah melakukan berbagai persiapan menyambut bulan suci Ramadhan, namun tetap saja kami tidak menjamin adanya gangguan yang sewaktu-waktu bisa terjadi," ujar Doddy Pangaribuan, Rabu (10/7)
Pernyataan Doddy tersebut seolah membantah pernyataan Manager Humas PLN Riau-Kepri, Suhatman kepada wartawan pekan lalu yanga menjamin tak akan ada pemadaman selama bulan Ramadhan. Bahkan PLN WRKR juga sudah memberi janji kepada Asisten II Setdaprov Riau Emrizal Pakis bahwa PLN tidak akan memadamkan listrik selama Ramadhan jika tidak ada gangguan yang berarti.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru Roni Amriel SH pun mengaku dirinya kesal atas kinerja PLN terutama di wilayah Pekanbaru atas pemadaman listrik secara mendadak dan terlalu sering. Bahkan di satu wilayah listrik bisa mati berkali-kali.
“Masalahnya, akibat listrik mati tanpa beraturan dan pengumuman sebelumnya itu sangat merugikan pelanggan. Keluhan kepada Komisi IV dari pelanggan sudah sering, makanya bila hal tersebut tetap berlangsung kami sepakat harus dibentuk Pansus Kelistrikan,” ungkap Roni menanggapi buruknya kinerja PLN WRKR.
Sementara itu mantan Ketua Pansus Krisis Listrik, DPRD Pekanbaru tahun 2009 , M Sabarudi ST mengatakan seringnya pemadaman listrik saat ini hampir sama kondisinya pada tahun 2009 lalu, dimana pada saat itu PLN sering melakukan pemadaman listrik di Kota Pekanbaru dengan jangka waktu yang lama.
Sabarudi yang juga Sekretaris Komisi IV mengatakan, Pansus kelistrikan bisa saja dibentuk dengan tujuan mengevaluasi kinerja PT PLN Wilayah Riau dan Riau Kepulauan. Berkaca pada pengalaman Pansus 2009 lalu, Sabarudi menilai kinerja PLN masih belum membaik.
Rebutan Daya dengan Pelanggan Besar
Ia juga menuding pelanggan-pelanggan besar seperti mall, hotel dan swalayan yang kian menjamur sekarang ikut andil merebut daya tidak saja pada beban puncak pada pukul 18.00 Wib sampai 22.00 Wib bahkan juga siang hari.
"Seharusnya PLN bisa melakukan tindakan atau pengaturan khusus kepada pelanggan besar tersebut. Misalnya meminta mereka menyediakan dan menggunakan genset di saat beban puncak. Ini demi memberikan kenyamanan kepada pelanggan kecil seperti rumah tangga yang notabene adalah warga kota Pekanbaru," ungkap politisi Partai Keadilan Sejahtera tersebut kepada Pekanbaru MX.
Menyinggung upaya meminta kerjasama perusahaan-perusahaan besar seperti PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP)
dan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI)untuk menyumbang daya, Sabarudi mengatakan hal tersebut pernah dicoba namun tak pernah terealisasi. Perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Riau konon memiliki kelebihan daya maupun turbin yang tidak digunakan karena adanya pengurangan pekerjaan.
"Kita tidak bisa juga memaksa mereka memberikan daya atau meminjamkan pembangkit. Sudah pernah dicoba dan tak ada respon dari mereka," kata Sabarudi. Karena itu Sabarudi melihat solusi membangun pembangkit adalah jalan satu-satunya. Pemerintah pusat harus ikut memikirkan persoalan energi di Riau.
"Pusat tak adil dalam persoalan pembangunan pembangkit untuk di Riau. Padahal Riau, merupakan daerah penyumbang dana yang besar bagi pusat, setelah Kalimantan Timur. Lucu sekali rasanya, Riau yang merupakan penyumbang energi kedua terbesar di Indonesia, namun pada kenyataan hingga saat ini PLN WRKR selalu mengatakan anggaran yang menjadi permasalahan pada saat membangun pembangkit," tambah Sabarudi. [eka satria]