-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Hari Kartini dan Kaum Kiri

| April 20, 2013 WIB
Pada bulan Mei 1964, Presiden RI Soekarno menganugerahi RA Kartini, Tjoet Nja’ Dhien, dan Tjoet Njak Meutia, sebagai Pahlawan Nasional. Pada penganugerahaan itu pula ditetapkan tanggal 21 April sebagai Hari (Ibu) Kartini.


Siapa sebetulnya yang sangat bersemangat mengajukan dan mentahbiskan 21 April sebagai Hari Kartini? Dipercayai ini usulan dari Kaum Kiri! Untuk mengecek kebenarannya, bisa dibaca surat kabar lawannya Kaum Kiri dan kolaboratornya Kaum Kiri di masa itu. Seperti “Republik”, “Nusantara”, “Duta Masyarakat”, dll. Majalah yang sangat anti komunis, “Star Weekly” edisi nomor 800 tanggal 22 April 1961 sama sekali tidak menyinggung atau menulis tentang Kartini. “Minggu Pagi” memuat soal Hari Kartini pada April 1965. Artinya pasca ditetapkan Soekarno secara resmi. Sebelumnya belum ada frasa “Hari Kartini.”

Pertanyaannya adalah, seberapa besar keterlibatan langsung Kaum Kiri (PKI, Lekra, Gerwani) dalam pengukuhan Kartini sebagai Pahlawan Nasional?

Sejak tahun 1959, surat-surat kabar dan majalah Kiri terus-menerus mempromosikan 21 April sebagai Hari Kartini. Jauh sebelum Soekarno menetapkannya pada Mei 1964. Tulisan-tulisan kelompok Kiri yang berusaha menyalakan api Kartini itu, bisa dibaca pada “Harian Rakjat”, “Bintang Timur”, “Warta Bhakti”, dan “Api Kartini”.

Biasanya, seorang tokoh diajukan sebagai Pahlawan Nasional melalui usulan masyarakat. Dan pengusung Kartini sebagai Pahlawan Nasional sudah digadang-gadang Kaum Kiri sejak 1959. Terus-menerus. Dan sukses. Tiga tahun sebelum Kartini dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, Tim Kerja Penyelidikan Sejarah Kartini yang Objektif-Revolusioner dibentuk dan dipimpin oleh Pramoedya Ananta Toer. Ini bukan inisiatif Pram untuk menyusuri kembali karya dan kisah hidup Kartini. Tim itu ditugaskan mencari “Api Kartini”. Perburuan Pram dan tim ini dituturkan Hasrat Sudijono secara detail dalam “Dari Bumi Kehidupan Kartini” (1964). Disebutkan, tim yang dipimpin Pram itu bolak-balik Blora – Jepara – Rembang – Solo – Semarang untuk wawancara dan menggali dokumen untuk menghidupkan api dalam hidup Kartini. Hasilnya, dua jilid buku yang berjudul “Panggil Aku Kartini Sadja” (NV Nusantara – 1962). Buku itu bukan tafsir pribadi Pram. Itu tafsir Kaum Kiri. Karena buku itu menjadi buku pegangan Kaum Kiri dalam menafsir Kartini.

Bukan hanya Lekra, famili ideologis PKI lainnya, Gerwani, malahan menabalkan “Api Kartini” sebagai nama majalah resminya sejak 1959. Majalah itu memiliki rubrik “Pertjikan Api Kartini”. Isinya diambil dari hasil riset tim Pram. Dalam edisi No. 4 Th. 2 – 1960, majalah itu memuat artikel “Kartini Perintis Djalan ke Kemadjuan dan Kebebasan bagi Kaum Wanita Indonesia.” Dan pada tahun 1963, DPP Gerwani merilis “Kami kaum wanita Indonesia, merupakan pewaris-pewaris Ibu Kartini. Dan memang demikianlah kenyataannya.” Artinya, dengan tulisan itu Gerwani berkepentingan menjadikan Kartini sebagai role model gerakan politik perempuan di Indonesia.

Ada empat api yang dihidupkan Kaum Kiri hingga Soekarno akhirnya memutuskan menganugerahi RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional dan tanggal 21 April sebagai Hari (Ibu) Kartini. Yaitu; menulis, pembebasan, pergaulan internasional, dan ekonomi mandiri perempuan.

Api Kartini padam ketika ia takluk saat dijadikan selir Bupati Rembang.

Tanpa api, Kartini memasuki mistifikasi baru pada rezim Orde Baru; perempuan ayu, berkebaya, lomba masak, dan ditonton dalam karnaval. Hanya sebuah ritual.

Hari Kartini itu adalah warisan Gerwani, warisan Kaum Kiri. Sejarah resmi tidak pernah mencatatnya. Coba baca buku “Kartini sebuah Biografi” karya Sitisoemandari Soeroto, yang diterbitkan tahun 1977. Buku itu menyinggung “Api Kartini” (hlm. 395) tapi tidak memasukkan peranan Gerwani dan Kaum Kiri. Di bagian lain (hlm. 386 – 388), juga disinggung mengenai penganugerahan Pahlawan Nasional untuk RA Kartini. Lagi-lagi tanpa menyebutkan peranan Gerwani dan Kaum Kiri dalam memperjuangkannya.

Sumber; @warungarsip dan @radiobuku.