Laporan Eka Satria, Pekanbaru
PEKANBARU – Dua kasus perampokan toko emas di pasar tradisional baru-baru ini menyentakkan banyak pihak termasuk pihak kepolisian sendiri. Aksi nekad dan berani para pelaku rampok rupanya tidak lagi mengincar tempat sepi dan malam hari namun sudah mulai tertuju pada pasar tradisonal dan dilakukan siang hari.
Pasar LKMD, Pasir Putih, Siak Hulu misalnya, menjadi sasaran perampok bersenjata api Sabtu (25/4) pukul 15.15 WIB di saat pasar masih ramai. Sebuah toko emas yang terletak di depan pasar harus menelan kerugian tak kurang Rp 700 juta. Berselang sepekan kemudian enam toko emas di pasar tradisional Desa Simalinyang, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar jadi korban berikutnya. Komplotan perampok beraksi pagi hari, Ahad (2/6) pukul 10.00 WIB saat bertepatan dengan hari pasar, di mana aktivitas jual beli lebih ramai dari pada hari-hari biasanya.
Menurut keterangan Humas Polres Kampar Ipda Deni Yusra kepada wartawan, sebagian besar korban adalah mereka yang berbisnis jual beli emas secara berpindah tempat dari satu pasar tradisional ke pasar tradisional lainnya. Di tiap-tiap pasar mereka biasanya memiliki satu kios. Korban-korban diketahui banyak yang berasal dari Pekanbaru.
Komunitas Pasar Harus Bersatu
Rawannya pasar tradisional dari incaran para perampok menurut Kapolsek Siak Hulu, Kompol M Sembiring harus disikapi bersama-sama tidak hanya dari pihak kepolisian namun komunitas pasar tradisional .
“Dari kasus perampokan di Pasar LKMD Pasir Putih tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa para pedagang dan komunitas pasar tidak memiliki semangat kebersamaan menjaga keamanan. Mungkin juga antar sesama pedagang kurang bergaul. Dan yang saya sayangkan reaksi untuk melaporkan ke pihak kepolisian juga kurang,” tutur M Sembiring kepada Pekanbaru MX.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Kriminolog Universitas Islam Riau, Kasmanto Rinaldi yang menyayangkan minimnya self defense atau pertahanan diri serta penjagaan aparat keamanan,
“Para pedagang, terutama dengan omset puluhan juta hingga ratusan juta mestinya melakukan kontak dengan pihak kepolisian. Perlu atau tidak personil kepolisian di sana, harus disadari betul. Nah sekarang incaran para perampok mulai pada pasar tradisional di wilayah pinggiran dan desa-desa. Ini yang mesti disadari para pedagang dan kepolisian sendiri,” ujar Kasmanto.
Menurut ketua Jurusan Kriminologi Universitas Islam Riau (UIR) tersebut yang terjadi selama ini banyak pedagang dan pengusaha beromset besar hanya mengandalkan penjagaan satpam untuk mengamankan aktivitas usahanya. Tak bila pelaku ramaapok sekarang pun memperhitungkan hal-hal seperti itu.
"Itu satu titik lemah pedagang, tidak terlalu peduli dengan keamanan usaha," kata Kasmanto.
Burhanudin, salah seorang pedagang emas lainnya di Pasar LKMD Pasir Putih, Siak Hulu mengaku sejak kejadian perampokan tersebut ia mulai hati-hati dan mencoba lebih awas memperhatikan situasi sekitar.
“Mereka (para perampok) pasti sudah berulang-ulang mempelajarai situasi di sini. Sayangnya selama ini kami juga tak begitu peduli siapa-siapa saja yang lalu lalang di depan sini,” kata Burhan menunjuk jalanan di depan pasar yang bejarak 5 meter dari pertokoan.
Dikatakannya, rata-rata pasar tradisional yang ada di desa-desa memang sangat terbuka tanpa adanya pagar, penjaga keamanaan atau pos satpam seperti pasar-pasar di perkotaan.
"Di kota kan pasarnya ekslusif, pintu masuknya hanya satu atau dua, sementara kalau di desa-desa lebih terbuka. Mungkin faktor ini menjadi pertimbangan juga bagi perampok untuk mengincar pasar tradisional di wilayah pinggiran kota dan desa-desa," ucapnya menganalisa. ***
PEKANBARU – Dua kasus perampokan toko emas di pasar tradisional baru-baru ini menyentakkan banyak pihak termasuk pihak kepolisian sendiri. Aksi nekad dan berani para pelaku rampok rupanya tidak lagi mengincar tempat sepi dan malam hari namun sudah mulai tertuju pada pasar tradisonal dan dilakukan siang hari.
BERITA LAINNYA
Pasar LKMD, Pasir Putih, Siak Hulu misalnya, menjadi sasaran perampok bersenjata api Sabtu (25/4) pukul 15.15 WIB di saat pasar masih ramai. Sebuah toko emas yang terletak di depan pasar harus menelan kerugian tak kurang Rp 700 juta. Berselang sepekan kemudian enam toko emas di pasar tradisional Desa Simalinyang, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar jadi korban berikutnya. Komplotan perampok beraksi pagi hari, Ahad (2/6) pukul 10.00 WIB saat bertepatan dengan hari pasar, di mana aktivitas jual beli lebih ramai dari pada hari-hari biasanya.
Menurut keterangan Humas Polres Kampar Ipda Deni Yusra kepada wartawan, sebagian besar korban adalah mereka yang berbisnis jual beli emas secara berpindah tempat dari satu pasar tradisional ke pasar tradisional lainnya. Di tiap-tiap pasar mereka biasanya memiliki satu kios. Korban-korban diketahui banyak yang berasal dari Pekanbaru.
Komunitas Pasar Harus Bersatu
Rawannya pasar tradisional dari incaran para perampok menurut Kapolsek Siak Hulu, Kompol M Sembiring harus disikapi bersama-sama tidak hanya dari pihak kepolisian namun komunitas pasar tradisional .
“Dari kasus perampokan di Pasar LKMD Pasir Putih tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa para pedagang dan komunitas pasar tidak memiliki semangat kebersamaan menjaga keamanan. Mungkin juga antar sesama pedagang kurang bergaul. Dan yang saya sayangkan reaksi untuk melaporkan ke pihak kepolisian juga kurang,” tutur M Sembiring kepada Pekanbaru MX.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Kriminolog Universitas Islam Riau, Kasmanto Rinaldi yang menyayangkan minimnya self defense atau pertahanan diri serta penjagaan aparat keamanan,
“Para pedagang, terutama dengan omset puluhan juta hingga ratusan juta mestinya melakukan kontak dengan pihak kepolisian. Perlu atau tidak personil kepolisian di sana, harus disadari betul. Nah sekarang incaran para perampok mulai pada pasar tradisional di wilayah pinggiran dan desa-desa. Ini yang mesti disadari para pedagang dan kepolisian sendiri,” ujar Kasmanto.
Menurut ketua Jurusan Kriminologi Universitas Islam Riau (UIR) tersebut yang terjadi selama ini banyak pedagang dan pengusaha beromset besar hanya mengandalkan penjagaan satpam untuk mengamankan aktivitas usahanya. Tak bila pelaku ramaapok sekarang pun memperhitungkan hal-hal seperti itu.
"Itu satu titik lemah pedagang, tidak terlalu peduli dengan keamanan usaha," kata Kasmanto.
Burhanudin, salah seorang pedagang emas lainnya di Pasar LKMD Pasir Putih, Siak Hulu mengaku sejak kejadian perampokan tersebut ia mulai hati-hati dan mencoba lebih awas memperhatikan situasi sekitar.
“Mereka (para perampok) pasti sudah berulang-ulang mempelajarai situasi di sini. Sayangnya selama ini kami juga tak begitu peduli siapa-siapa saja yang lalu lalang di depan sini,” kata Burhan menunjuk jalanan di depan pasar yang bejarak 5 meter dari pertokoan.
Dikatakannya, rata-rata pasar tradisional yang ada di desa-desa memang sangat terbuka tanpa adanya pagar, penjaga keamanaan atau pos satpam seperti pasar-pasar di perkotaan.
"Di kota kan pasarnya ekslusif, pintu masuknya hanya satu atau dua, sementara kalau di desa-desa lebih terbuka. Mungkin faktor ini menjadi pertimbangan juga bagi perampok untuk mengincar pasar tradisional di wilayah pinggiran kota dan desa-desa," ucapnya menganalisa. ***