PEKANBARU -- Seperti puncak gunung es, kecil terlihat namun di bawahnya menyimpan hamparan es yang luas. Begitulah fenomena maraknya peredaran narkoba dan sabu di berbagai daerah di Riau.
Beberapa kasus tertangkapnya pengguna dan pengedar sabu yang sempat diketahui publik ditengarai hanyalah puncak gunung es dari bahaya narkoba yang mengancam Riau saat ini.
Kriminolog UIR, Kasmanto Rinaldi SH Msi menyebut, peredaran narkoba di Riau saat ini sangat marak, hal ini dikarenakan. Riau sendiri merupakan daerah transit dan berada di kawasan sentral lintas perdagangan.
Kriminolog UIR, Kasmanto Rinaldi SH Msi menyebut, peredaran narkoba di Riau saat ini sangat marak, hal ini dikarenakan. Riau sendiri merupakan daerah transit dan berada di kawasan sentral lintas perdagangan.
Karena itu menurut Kasmanto Rinaldi, para pengedar mengincar pemakai dan calon pemakai yang berasal dari berbagai elemen masyarakat terutama mengincar masyarakat yang punya uang.
"Pengguna maupun peredaran narkoba melibatkan semua pihak, mulai dari kalangan menengah maupun level tinggi seperti aparat dan pejabat. Itu sudah terbukti dalam beberapa kasus yang pernah terungkap," jelas Kasmanto kepada Sentanapers.
Apa yang dikatakan Kasmanto tersebut agaknya persis seperti yang diutarakan Erizal, seorang pengusaha photografi di Kuansing yang mengaku prihatin atas fenomena yang sehari-hari ia saksikan. Dikatakannya, menjamurnya peredaran dan pemakai narkoba di wilayah itu sudah jadi rahasia umum.
"Biasanya saat-saat panen sawit dan karet, mereka kalau ndak melakukan konvoi motor ke luar daerah, ya nyabu. Parahlah pokoknya. Jangan dikira orang nyabu itu hanya ada di kota besar, di sini banyak juga," ujar Eri.
"Pengguna maupun peredaran narkoba melibatkan semua pihak, mulai dari kalangan menengah maupun level tinggi seperti aparat dan pejabat. Itu sudah terbukti dalam beberapa kasus yang pernah terungkap," jelas Kasmanto kepada Sentanapers.
Apa yang dikatakan Kasmanto tersebut agaknya persis seperti yang diutarakan Erizal, seorang pengusaha photografi di Kuansing yang mengaku prihatin atas fenomena yang sehari-hari ia saksikan. Dikatakannya, menjamurnya peredaran dan pemakai narkoba di wilayah itu sudah jadi rahasia umum.
"Biasanya saat-saat panen sawit dan karet, mereka kalau ndak melakukan konvoi motor ke luar daerah, ya nyabu. Parahlah pokoknya. Jangan dikira orang nyabu itu hanya ada di kota besar, di sini banyak juga," ujar Eri.
Bahkan menurut Eri, saat penambangan emas tanpa izin (PETI) marak, banyak anak-anak muda yang ikut bekerja di dompeng (alat tambang) dan menghabiskan penghasilan mereka untuk hura-hura.
"Perhari bisa dapat Rp 2 juta atau sampai 10 gram emas. Biasanya banyak yang memakai uang untuk foya-foya. Bisa jadi buat coba-coba narkoba," tutur Eri.
Kabupaten Kuansing dalam catatan Bank Indonesia Provinsi Riau saat ini diketahui memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 6 persen. Namun apakah ada hubungannya dengan maraknya peredaran narkoba belum diketahui. Namun pengedar biasanya mengincar daerah-daerah yang secara ekonomi maju.[oce]
foto: riaueditor.com
"Perhari bisa dapat Rp 2 juta atau sampai 10 gram emas. Biasanya banyak yang memakai uang untuk foya-foya. Bisa jadi buat coba-coba narkoba," tutur Eri.
Kabupaten Kuansing dalam catatan Bank Indonesia Provinsi Riau saat ini diketahui memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 6 persen. Namun apakah ada hubungannya dengan maraknya peredaran narkoba belum diketahui. Namun pengedar biasanya mengincar daerah-daerah yang secara ekonomi maju.[oce]
foto: riaueditor.com