-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mempertahankan Melayu di Pasar Sukaramai

| Mei 08, 2013 WIB
PEKANBARU-- Tak banyak orang yang berani menerjuni usaha yang unik dan spesifik. Begitupun pedagang pasar tradisional di Pekanbaru, sedikit sekali ditemukan pedagang dengan jenis dagangan yang jarang ditekuni orang lain.

Martani, pemilik toko "Cantik Manis" di Pasar Sukaramai adalah satu diantara mereka yang berani berbeda. Pria paruh baya ini menjadi satu-satunya. pedagang di Pasar Sukaramai yang khusus menjual pernak-pernik dan pakaian adat Melayu dan Minang. Berbekal pengetahuannya tentang berbagai adat istiadat Melayu dan Minang, ia mencoba membuka usaha yang hanya menjual pakaian adat sejak limabelas tahun silam.


Kini, toko miliknya yang terletak di lantai dasar no BB 14 Pasar Sukaramai, ratusan koleksi pakaian adat Melayu dan Minangkabau, perangkat maupun cinderamata bisa didapat. Semunya merupakan hasil produksi sendiri yang dikerjakan di rumah sekaligus workshop Martani.

Berbagai jenis pakaian adat Melayu bisa dijumpai seperti pakaian mempelai pria Baju Cekak Musang atau Baju Kurung Teluk Belanga. Ada juga pakaian untuk mempelai wanita, misalnya yang digunakan pada acara malam berinai yaitu Kebaya Labuh atau Baju Kurung Teluk Belanga dari bahan tenunan, sutra, satin atau brokat.

Pakaian adat Minang seperti Sunting dan Saluak termasuk perangkat pelaminannya cukup diminati karena ada sekitar 11,26 persen etnis Minangkabau di samping 37,74 persen suku Melayu dari total penduduk Riau . Jumlah tersebut merupakan pasar potensial bagi pedagang pakaian adat seperti Martani.

Menurut Martani, menjual pakaian adat seperti yang ditekuninya harus memiliki konsistensi dan pengetahuan mengenai adat istiadat. Hal itu penting karena setiap usaha harus ditekuni terus menerus untuk mencapai hasil yang baik. Sementara pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang dijual mutlak perlu sehingga mudah mengkomunikasikannya dengan calon pembeli.

Usaha yang ditekuninya menjadi salah satu cara Martani mempertahankan budaya Melayu maupun Minang di tengah gempuran pakaian pengantin ala barat yang gencar mempengaruhi masyarakat Riau dewasa ini. Dengan koleksi yang lengkap, Martani menyediaklan berbagai pakaian pengantin dan peralatan pelaminan maupun berbagai karya seni khas budaya daerah untuk keperluan kegiatan seremonial. Karena itu, berbagai usaha penyewaan perangkat pesta perkawinan menjadi langganannya. Mereka tidak hanya berasal dari kota Pekanbaru, namun datang dari berbagai daerah lain di Riau. Berbagai instansi pemerintah dan swasta pun banyak yang datang untuk belanja kebutuhan seremonial kantor.

"Rata-rata omset saya sekitar Rp 2 juta perhari. Tapi di saat ramai, misalnya menjelang puasa atau sesudah lebaran haji bisa Rp 4 sampai 5 juta," jawab Martani menyinggung pendapatan yang ia peroleh. Namun ia tak menafikan bila ada saat-saat dimana pedagang mengalami penurunan omset karena sepi.

"Tapi di Pekanbaru dan Riau kini kan banyak berkembang usaha penyewaan peralatan pesta perkawinan, termasuk pakaian dan pelaminan. Selain buat pengadaan juga untuk memperbarui stok, mereka datang ke sini," tutur Martani.

Ia sendiri mematok harga beragam tergantung jenis dan kualitas bahan yang digunakan. Misalnya untuk sepasang pakaian pengantin Melayu harganya mulai dari Rp 500 ribu hingga yang paling mahal ia jual seharga Rp 2,5 juta.

Tak banyak yang mengekor Martani berbisnis jual beli pakaian adat. Di Pasar Sukaramai hanya ada beberapa toko yang menjual dagangan serupa, jumlahnya tak lebih dari dua sampai tiga toko. Beberapa toko bahkan tidak hanya menjual tapi juga menyewakan perangkat perkawinan adat Melayu, Minang dan Jawa.

"Saya tidak melakukan penyewaan, hanya khusus menjual saja. Kalau penyewaan biarlah orang lain," ujar pionir pedagang pakaian adat di Pasar Sukaramai ini mengakhiri perbincangan dengan Pekanbaru MX. ***
From: Eka Satria Taroesmantini Pekanbaru MX by BlackBerry®