-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Kisah Pahit Sirajudin, Guru SD 1976

| September 07, 2022 WIB
 



sentanapers -- Sirajudin berasal dari Desa Aikmual, Praya, Lombok Tengah. Tahun 1946 ia merantau ke Sulsel hingga ia berkeluarga dan mempunyai 6 orang anak di sana.  

Ia bekerja sebagai guru di SD Teladan Kecamatan Wono Mulyo Polmas. 

Di bulan Mei 1976 ia memutuskan  kembali ke kampung halamannya dan ditempatkan sebagai guru SD Batu Dawe Kecamantan Ampenan, Lombok Selatan. 

Dari rumahnya ke SD tempat mengajar sekitar 5 km, ia tempuh dengan bersepeda. Ia mulai bertugas, sambil mengurus berkas-berkas surat kepindahannya dari Sulsel ke Kantor Biro Personalia Kantor Gubernur NTB agar gajinya cepat turun.  

Sayangnya pengurusan berkas kepindahannya tidak selancar yang ia harapkan, hingga ia tak menerima gaji selama  2 tahun. 

Masa penantian turunnya gaji adalah masa penantian yang penuh perjuangan dan kepahitan. Karena gajinya tak kunjung datang, barang dirumahnya mulai habis terjual, tinggal pakaian sekedarnya untuk bekerja, hidup dari hutang. 

Dari kantor P & K Kecamatan ia memperoleh pinjaman membeli beras dari Rp15.000 sampai  Rp20.000 per bulan. Total pinjaman ke Kantor  P&K Kecamatan sekitar Rp300.000  dan pinjaman lainnya total setengah juta.  

Sepeda untuk pergi mengajar terpaksa digadaikan juga. Terkadang malam minggu ia turun ke laut meminjam perahu untuk mencari ikan dengan sistem berbagi hasil dengan pemilik perahu. Pernah juga jadi pengecer minyak tanah. Yang sangat ia sesalkan terpaksa menghentikan sekolah anaknya untuk membantu mencari nafkah di laut. 

Setelah keadaan semakin parah, Sirajudin akhirnya nekat mengurus langsung kepindahannya ke Jakarta. Dengan bekal hasil pinjaman dan pakaian pemberian Kepala Kantor P& K Kecamatan, ia berangkat ke Jakarta bulan Nopember 1977. Akhirnya urusan adminitrasi dan berkas kepindahannya bisa selesai tinggal menunggu penyelesaian administrasi di tingkat propinsi dan kabupaten. 

Baru pada akhir Maret 1978 ia mulai menerima gaji dan rapelnya. Rapelnya sebesar setengah juta rupiah. Dan gajinya sebagai guru golongan IIa ia terima Rp39.280.  


Sumber: Kompas, 3-8-1978. Koleksi Surat Kabar Langka Perpustakaan Nasional RI