PEKANBARU -- Salah seorang pedagang emas di Pasar Pusat Sukaramai, Ramayulis, mengaku selalu menggunakan alat pendeteksi uang palsu dalam setiap transaksinya. Namun dari pengalamannya selama ini belum pernah menemukan pembeli yang menggunakan uang palsu.
"Tapi kalau pedagang pakaian terutama pada saaat-saat ramai di sini pernah jadi korban. Biasanya pelaku memanfaatkan situasi juga. Di saat ramai dan pedagang kurang hati-hati, di situlah mereka mainkan," ungkap Ramayulis. Ia mewanti-wanti rekan-rekannya sesama pedagang untuk hati-hati.
"Lebih-lebih sekarang mau puasa dan pemilu. Kata orang saat pemilu, money politik itu juga memanfaatkan uang palsu," ujarnya.
Anggota Komisi I DPRD Kota Pekanbaru yang membidangi masalah hukum, Kamaruzaman secara khusus meminta pihak Bank Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian dan Dinas Pasar untuk turun langsung ke pasar tradisional dan lokasi pedagang kaki lima guna sosialisasi.
"Sosialisasi mengenai kehati-hatian terhadap uang palsu tidak cukup hanya melalui televisi, tapi bisa lewat media cetak dimana pedagang pasar bisa membacanya. Juga berupa media peraga yang bisa dijelaskan langsung kepada pedagangn" saran politisi Partai Demokrat ini.
Kamaruzaman setuju indikasi yang disampaikan Bank Indonesia bahwa tingginya aktivitas ekonomi dan transaksi keuangan masyarakat menjadi incaran pelaku pengedar uang palsu. Namun ia juga meminta para pedagang sangat hati-hati terutama jelang puasa dan lebaran serta di masa pemilu ini.
"Tapi yang utama, pedagang mesti dilindungi. Karena minimnya pengetahuan pedagang terhadap uang palsu, justru itulah otoritas keuangan, kepolisian maupun Dinas Pasar proaktif," pungkas Kamaruzaman.[eka satria]
BERITA LAINNYA
"Lebih-lebih sekarang mau puasa dan pemilu. Kata orang saat pemilu, money politik itu juga memanfaatkan uang palsu," ujarnya.
Anggota Komisi I DPRD Kota Pekanbaru yang membidangi masalah hukum, Kamaruzaman secara khusus meminta pihak Bank Indonesia bekerja sama dengan Kepolisian dan Dinas Pasar untuk turun langsung ke pasar tradisional dan lokasi pedagang kaki lima guna sosialisasi.
"Sosialisasi mengenai kehati-hatian terhadap uang palsu tidak cukup hanya melalui televisi, tapi bisa lewat media cetak dimana pedagang pasar bisa membacanya. Juga berupa media peraga yang bisa dijelaskan langsung kepada pedagangn" saran politisi Partai Demokrat ini.
Kamaruzaman setuju indikasi yang disampaikan Bank Indonesia bahwa tingginya aktivitas ekonomi dan transaksi keuangan masyarakat menjadi incaran pelaku pengedar uang palsu. Namun ia juga meminta para pedagang sangat hati-hati terutama jelang puasa dan lebaran serta di masa pemilu ini.
"Tapi yang utama, pedagang mesti dilindungi. Karena minimnya pengetahuan pedagang terhadap uang palsu, justru itulah otoritas keuangan, kepolisian maupun Dinas Pasar proaktif," pungkas Kamaruzaman.[eka satria]