PEKANBARU --Emas tetap menjadi favorit alat penyimpanan alias tabungan masyarakat kelas menengah ke bawah. Karena itu rata-rata mereka selalu tahu informasi naik turun harga emas.
Seperti diceritakan Mazuir, pemilik toko emas Murni di Pasar Cik Puan, biasanya pemilik emas dari kalangan masyarakat bawah mengetahui informasi harga emas dari mulut ke mulut atau bertanya langsung ke toko emas yang sudah jadi langganan mereka. Sementara mereka yang tergolong kelas menengah mendapatkan informasi harga emas dari media massa.
"Seperti sekarang harga emas Rp460 ribu dari sebelumnya yang Rp440 ribu per gram. Masyarakat ramai mendatangi toko emas untuk menjual emas simpanan mereka," kata Mazuir.
Mazuir yang sudah berjualan emas sejak 15 tahun silam di Pasar Cik Puan mengaku intensitas menjual emas dari kalangan masyarakat bawah terjadi di akhir bulan, karena harga emas di akhir bulan cenderung mengalami kenaikan. Semacam aksi ambil untung (profit taking) dalam jual beli saham di lantai bursa.
"Tapi di saat tahun ajaran baru juga sering terjadi lonjakan penjualan emas oleh masyarakat. Biasanya untuk kebutuhan pembiayaan sekolah anak," tutur Mazuir.
Sementara aksi jual dalam hitungan per tahun, biasanya terjadi pada saat awal bulan puasa dan akan terjadi pembelian di pertengahan puasa.
"Penjualan di awal Ramadhan karena hasil penjualan emas banyak digunakan untuk menambah modal usaha. Setelah berjalan setengah puasa, mereka sudah bisa beli lagi karena rata-rata sudah punya uang cash lagi," terang Mazuir.
Pelanggan setiap toko emas tidak hanya berasal dari pengunjung pasar. Kalangan pedagang sendiri biasanya melakukan hal serupa, yakni menjadikan emas sebagai alat penyimpanan karena dianggap mudah dicairkan disaat mereka membutuhkan dana segar untuk usaha. Apalagi toko emas ada bersama mereka di pasar Cik Puan.
Mazuir mengaku, pelanggannya juga banyak yang berasal dari sesama pedagang pasar Cik Puan. Dengan kata lain antara dirinya yang berbisnis jual beli emas dengan pedagang lain, saling menguntungkan. Kedekatan tersebut diakui Mazuir menumbuhkan saling percaya.
Menyinggung persoalan kondisi penampungan pasar Cik Puan yang belum tertata baik, Mazuir berharap Pemko Pekanbaru segera memutuskan kapan bangunan Pasar Cik Puan diselesaikan.
"Minimal untuk pengecoran lantai di penampungan ini. Kan Wali Kota sudah berjanji akan mengecor ini," ujarnya sambil menunjuk lantai di koridor penampungan.
Harapan Mazuir dan pedagang di penampungan Pasar Cik Puan, masyarakat kelas atas juga bisa datang berbelanja. Karenanya ia minta Pemko segera membenahi penampungan termasuk merapikan areal parkir agar akses mobil bisa diakomodasi.
Pedagang emas seperti Mazuir tentu sangat riskan dengan kondisi Penampungan pedagang saat ini. Selain resiko kebakaran, kondisi fisik kios sementara juga beresiko dari ulah tangan-tangan jahil. ***
Seperti diceritakan Mazuir, pemilik toko emas Murni di Pasar Cik Puan, biasanya pemilik emas dari kalangan masyarakat bawah mengetahui informasi harga emas dari mulut ke mulut atau bertanya langsung ke toko emas yang sudah jadi langganan mereka. Sementara mereka yang tergolong kelas menengah mendapatkan informasi harga emas dari media massa.
"Seperti sekarang harga emas Rp460 ribu dari sebelumnya yang Rp440 ribu per gram. Masyarakat ramai mendatangi toko emas untuk menjual emas simpanan mereka," kata Mazuir.
Mazuir yang sudah berjualan emas sejak 15 tahun silam di Pasar Cik Puan mengaku intensitas menjual emas dari kalangan masyarakat bawah terjadi di akhir bulan, karena harga emas di akhir bulan cenderung mengalami kenaikan. Semacam aksi ambil untung (profit taking) dalam jual beli saham di lantai bursa.
"Tapi di saat tahun ajaran baru juga sering terjadi lonjakan penjualan emas oleh masyarakat. Biasanya untuk kebutuhan pembiayaan sekolah anak," tutur Mazuir.
Sementara aksi jual dalam hitungan per tahun, biasanya terjadi pada saat awal bulan puasa dan akan terjadi pembelian di pertengahan puasa.
"Penjualan di awal Ramadhan karena hasil penjualan emas banyak digunakan untuk menambah modal usaha. Setelah berjalan setengah puasa, mereka sudah bisa beli lagi karena rata-rata sudah punya uang cash lagi," terang Mazuir.
Pelanggan setiap toko emas tidak hanya berasal dari pengunjung pasar. Kalangan pedagang sendiri biasanya melakukan hal serupa, yakni menjadikan emas sebagai alat penyimpanan karena dianggap mudah dicairkan disaat mereka membutuhkan dana segar untuk usaha. Apalagi toko emas ada bersama mereka di pasar Cik Puan.
Mazuir mengaku, pelanggannya juga banyak yang berasal dari sesama pedagang pasar Cik Puan. Dengan kata lain antara dirinya yang berbisnis jual beli emas dengan pedagang lain, saling menguntungkan. Kedekatan tersebut diakui Mazuir menumbuhkan saling percaya.
Menyinggung persoalan kondisi penampungan pasar Cik Puan yang belum tertata baik, Mazuir berharap Pemko Pekanbaru segera memutuskan kapan bangunan Pasar Cik Puan diselesaikan.
"Minimal untuk pengecoran lantai di penampungan ini. Kan Wali Kota sudah berjanji akan mengecor ini," ujarnya sambil menunjuk lantai di koridor penampungan.
Harapan Mazuir dan pedagang di penampungan Pasar Cik Puan, masyarakat kelas atas juga bisa datang berbelanja. Karenanya ia minta Pemko segera membenahi penampungan termasuk merapikan areal parkir agar akses mobil bisa diakomodasi.
Pedagang emas seperti Mazuir tentu sangat riskan dengan kondisi Penampungan pedagang saat ini. Selain resiko kebakaran, kondisi fisik kios sementara juga beresiko dari ulah tangan-tangan jahil. ***