-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengurai Teka-teki Tewasnya Ajudan Kadiv Propam

| Juli 28, 2022 WIB
 
Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J 


sentanapers, JAKARTA -- Kematian ajudan mantan Kadiv Propam, Irjen Ferdy Sambo, Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J masih menjadi pertanyaan. Motif, modus operandi, dan kronologi kejadian. Terutama siapa otak pelaku sesungguhnya 

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) terus mengumpulkan bukti-bukti. Memeriksa para aide-de-camp/ajudan) hingga mengulik rekaman CCTV di lokasi-lokasi terkait. 

Sejumlah fakta dan dugaan baru terkait kematian terus bermunculan.

Salah satu dugaan lokasi tewas Brigadir Joshua. Dugaan pertama tewas di Magelang dan dugaan lain, tewas dalam perjalanan dari Magelang ke Jakarta.

Dugaan ini datang dari kuasa hukum keluarga Brigadir J, Kamarudin Simanjuntak. Kuasa hukum menyebutkan ada dua lokasi yang dicurigai pihaknya terkait lokasi kematian bintara polisi tersebut yakni antara Magelang dan rumah dinas Irjen Ferdy Sambo.

"Locus de lecti (lokasi perkara) adalah kemungkinan besar antara Magelang dan Jakarta itu alternatif pertama. Locus de licti yang kedua di rumah Kadiv Propam Polri atau rumah dinas di Duren Tiga kawasan Jakarta Selatan," kata Kamaruddin kepada wartawan di Mabes Polri, Jakarta, Senin (18/7/2022).

Bharada Richard Eliezer atau Bharada E.  



Kamaruddin menyebut pihak keluarga sempat menerima pesan terakhir dari Brigadir J yang tengah mengawal komandannya dari Magelang, Jawa Tengah ke Jakarta pada Jumat (8/7/2022) sekira pukul 10.00 WIB.

"Setelah jam 10.00 WIB, almarhum minta izin mau mengawal atasan atau komandanya yang dikawal dengan asumsi perjalan tujuh jam. Jadi, artinya tujuh jam jangan ada telepon dulu karena jam 10.00 WIB pagi itu di Magelang tanggal 8 juli 2022," ungkapnya.

Hingga pukul 17.00 WIB, Kamaruddin menerangkan, pihak keluarga tidak bisa menghubungi Brigadir J hingga handphone keluarga diretas.

"Dengan terblokirnya nomor-nomor mereka, baik kepada ayahnya, ibunya, termasuk kakak adiknya, termasuk ke Whatsapp grup. Maka mereka mulai gelisah, tetapi kemudian berlanjut dengan pemblokiran dan peretasan semua handphone keluarga," ungkap Kamarudin.

Sementara itu Komnas HAM punya fakta-fakta baru dari hasil memantau rekaman 20 CCTV dari 27 titik.

Dari hasil pemeriksaan CCTV terkonfirmasi bahwa istri Ferdy Sambo, Putri Chandrawathi melakukan swab PCR bersama-sama Brigadir J dan Bharada E  di sebuah rumah di Duren Tiga pada hari itu sepulang dari Magelang, Jawa Tengah.

"Rombongan dari Magelang sampai. Terus habis itu yang kelihatan memang masuklah rombongan-rombongan itu, terus barulah ke ruang PCR," beber, Choirul Anam,  Komisioner bidang Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM kepada wartawan, Rabu (27/7/2022).

Tang kelihatan di video di-PCR, kata Anam adalah semua yang ada di rombongan itu di-PCR. "Salah satunya adalah almarhum Josua," ujar Anam.

Anam mengatakan lokasi tes PCR  bukan di rumah dinas Irjen Sambo. Dugaannya, itu adalah rumah pribadi Irjen Ferdy Sambo berada sekitar 500 meter dari rumah dinas.

Irjen Ferdy Sambo



"Ini yang terlihat di salah satu video, (PCR) untuk Ibu (Putri), untuk J, untuk Bharada E, itu kelihatan dan beberapa penumpang (rombongan) lain," kata Anam.

Rombongan dari Magelang datang terpisah. Ada Irjen Sambo, ada rombongan dari Magelang. Irjen Sambo masuk duluan, setelah sekian waktu ada rombongan baru pulang dari Magelang. "Di situ terlihat Bu Putri, ada almarhum Brigadir J," ungkap Choirul Anam.

Fakta lain yang ditemukan Komnas HAM berasal dari hasil memeriksa para ajudan Sambo.

Disebutkan, sebelum ada peristiwa kematian Brigadir J, Jumat (8/7/2022).  para ajudan masih sempat tertawa bareng. 

Komnas HAM mendapatkan temuan bahwa Brigadir J bahkan bersenda gurau dengan sesama ajudan Ferdy Sambo sebelum kejadian penembakan.

"Forum tertawa-tawa itu forum antara ADC (aide-de-camp/ajudan). Ya, sebelum kematian. Lokasinya di Jakarta," kata  Choirul Anam.

Menurut Choirul Anam, itu ngobrol nyantai  dan tertawa-tawa, termasuk J. Jadi, tegas Anam, bukan dibunuh sambil tertawa-tawa antara Magelang dan Jakarta.

Rentang waktunya bahkan kata Anam sangat dekat dengan insiden penembakan tersebut.

"Beberapa orang yang ikut dalam forum itu ngomongnya memang tertawa. Itu yang kami tanya. Jadi kami lihat spektrum bagaimana kondisinya," cakap Anam namun tidak menjelaskan topik apa yang sedang dibahas para ajudan sehingga membuat mereka tertawa.

Anam hanya memastikan kalau kondisi saat itu sangat rukun dan santai, tidak timbul ketegangan apapun.

Pada awal-awal kasus inj, penjelasan resmi  kepolisian menyebut bila Brigadir J tewas setelah baku tembak dengan Bharada E di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo, Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00 WIB.

Motifnya adalah pelecehan terhadal istri Irjen Sambo oleh almarhum Brigadir Joshuo yang berujung baku tembak dengan Bharada E, ajudan Sambo lainnya, Jumat (8/7/2022) sekitar pukul 17.00 WIB.

Saat itu, versi kepolisian,  Brigadir Joshua masuk ke kamar pribadi istri Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo.

Diduga Brigadir Joshua melakukan pelecehan dan menodongkan pistol ke istri Irjen Ferdy Sambo.

"Setelah melakukan pelecehan, dia juga sempat menodongkan senjata ke kepala ibu Kadiv," kata Kapolres Jakarta Selatan Kombes Budhi Herdi Susianto, Selasa (12/7/2022) lalu.

Saat itu, kata Budhi, Istri Irjen Ferdy terbangun dan hendak berteriak meminta pertolongan.

Brigadir Joshua pun panik karena mendengar suara langkah orang berjalan yang diketahui merupakan Bharada E.

Dari tangga, Bharada E melihat sosok Brigadir J keluar dari kamar kemudian bertanya kepada Brigadir Joshua terkait teriakan tersebut.

Pertanyaan itu justru dijawab Brigadir Joshua dengan melepaskan tembakan ke arah Bharada E.

"Pada saat itu tembakan yang dikeluarkan atau dilakukan saudara J tidak mengenai saudara E, hanya mengenai tembok," kata Budhi.

Bharada E membalas dengan lima tarika pelatuk. Dan semua peluru bersarang di tubuh Yosua. Itu versi kepolisian.

Hingga kini publik masih menunggu fakta sebenarnya dari kejadian yang masih samar dan gelap itu. (Oce Satria