-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Wawancara Yulianis (2) Nazarudin Bilang "Tenang saja, kita punya kawan baik di Kuningan (KPK)

| November 16, 2013 WIB

Berikut sambungan wawancara ekslusif asatunews.com dengan Yulianis, mantan wakial direktur keuangan perusahaan Nazarudin:

Bagaimana dengan kasus Ibas?

Seperti pernah saya katakan, bukan hanya nama Edhie Baskoro Yudhoyono, Ibas, yang ada dalam catatan saya. Ada puluhan bahkan ratusan nama orang penting. Yang pasti, Permai Group tidak pernah mengeluarkan uang buat mengamankan proyek Hambalang. Catatan keuangan saya yang disimpan dalam external hardisk pribadi saya sudah disita KPK. Itu bisa ditanya KPK. KPK menjadikan catatan keuangan Permai Group sebagai salah satu bukti aliran dana ke Angelina Sondakh.

KPK juga menjerat Nazaruddin dengan pasal tindak pidana pencucian uang, berdasarkan sejumlah bukti, salah satunya, keterangan dan catatan keuangan saya.Saya akan bersaksi siapapun yang ada di list saya maka akan saya sebut di pengadilan, menjadi sangat aneh apabila ada nama seseorang dalam listsaya dan saya tidak menyebutnya. Di pengadilan Wisma Atlet hakim pernah bertanya kepada saya tahun 2010 ada apa tidak, nama Anas di sana? Saya menjawab tidak ada karena nama Anas ada di tahun 2009, dan itu juga saat Anas belum menjabat sebagai pejabat negara atau anggota DPR.

Kesan anda dengan KpK bagaimana?

Saya akan cerita tentang pertemuan pertama saya dengan Pak Novel Baswedan, salah satu penyidik KPK yang dikriminalisasi oleh kepolisian. Saya bertemu dengan Pak Novel pertama kali tanggal 21 April 2010 di Tower Permai, saat penggerebekan jam 8 malam. Saat itu, Pak Novel beserta teman-teman penyidik KPK habis menangkap tangan teman kami,

Mindo Rosalina Manulang, bersama Pak Idris di Gedung Kemenpora. Ketika pertama kali bertemu, saya sangat takut kepada Pak Novel. Tapi, beliau sangat tenang, sangat ramah, sangat sopan, sekaligus sangat tegas. Kombinasi yang menakutkan bagi saya. Pertemuan kedua saat saya di rumah kontrakan,
13 Juni 2011. Pak Novel beserta tim menemukan saya di rumah kontrakan. Kata-kata yg pertama kali keluar dari mulut Pak Novel tidak bisa saya lupakan.

“Ibu Yulianis..., ke mana saja? Kami pusing, lo, mencari Ibu ke mana-mana. Ibu membohongi kami waktu di Tower Permai, ya. Kami tidak menangkap Ibu. Kami hanya ingin berbicara meminta informasi kepada Ibu,” kata Pak Novel dengan sangat sopan dan sambil tersenyum. Saya katakan, saya takut. Saya lari dari Pak Nazar dan juga lari dari KPK, karena saya tidak percaya KPK. Menurut Pak Nazar, di dalam KPK ada orang Pak Nazar. Tapi Pak Novel bisa meyakinkan saya bahwa KPK tidak seperti yang saya duga.

Setelah bekerja sama dengan Pak Novel dan tim penyidik yang lain, walaupun dipenenuhi saling curiga antara saya dan penyidik KPK, akhirnya kami berkeyakinan untuk berjalan bersama-sama bahu-membahu untuk memberantas korupsi. Hampir tiga tahun ini banyak sekali pengalaman berharga yang saya dapat.

Akhirnya, dengan jelas dan kepala dingin, saya dapat melihat apa itu KPK. Pak Novel, Pak Arif, Pak Sigit, dan Pak Taufik adalah penyidik yang pertama kali membuka mata saya mengenai KPK. Mereka memperlihatkan keprofesionalan mereka sebagai penyidik, kesantunan, kegigihan, tekad yang bulat dalam memberantas korupsi. Merekalah yang menginspirasi saya agar tidak takut dalam bebicara jujur, berbicara benar, walaupun sangat pahit dan nyawa menjadi taruhannya.

Tapi yang namanya intitusi ada yang bagus dan juga ada yang tidak bagus, itu adalah hal yang wajar terjadi, tapi saya tidak terpengaruh dengan semua itu, saya tetap akan bersaksi apa adanya dan bertahan dari gempuran negatif yang ada di sekeliling saya

Tadi disebut ada penyidik KpK teman Nazaruddin, siapa dia?

Saya tidak bisa bicara siapa orangnya. Sesaat setelah Mindo Rosalina Manulang ditangkap KPK, Nazaruddin berkali-kali menenangkan kami, anak buahnya. Ia mengatakan dengan penuh keyakinan kasus ini tidak akan melebar. "Tenang saja, kita punya kawan baik di Kuningan”, katanya. Kuningan yang dimaksud adalah kantor KPK.

Soal hijab dan cadar yang anda kenakan dalam persidangan, ada tudingan itu hanya pakaian kepalsuan?

Saya sudah berjilbab sejak lama tahun 1989 kalo nggak salah saat saya lulus SMA. Tapi memang cadar saya pakai saat sidang, tujuannya tidak lain adalah menjaga piskologi anak saya dan keluarga. Awalnya saya bertanya kepada KPK bagaimana nasib keluarga saya setelah saya muncul di persidangan. Akhirnya muncullah ide cadar itu.... saya sudah berpindah-pindah selama kurun 3 tahun ini sebanyak 10 kali. Tempat saya saat ini tidak pernah tau latar belakang kasus Saya, saya hanya ingin memberikan kehidupan yang normal bagi keluarga saya.

sumber : asatunews.com