JAKARTA, KilasRiau -- Beberapa waktu lalu, asatunews.com menemui Yulianis. Dalam beberapa kali pertemuan di berbagai tempat, perempuan pemberani ini bicara blak-blakan soal siapa saja yang menerima dana haram dari Nazaruddin. Ia pun menyebutkanbanyak nama, beberapa tokoh-tokoh penting di republik ini. Berikut petikan wawancara kami dengan Yulianis.
Mengenai kasus proyek Hambalang, jaksa dalam persidangan terdakwa Kepala Biro perencanaan Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora, Deddy Kusdinar, mengatakan anas Urbaningrum meneri¬ma sejumlah uang. apa yang anda ketahui soal ini?
Anas ada di catatan saya, tapi itu sebelum dia menjadi anggota DPR, bukan dalam proyek Hambalang. Sudah saya pastikan bukan di Hambalang. Karena, saya tahu Hambalang itu sekitar September 2010. Saat itu, Pak Nazar ngamuk-ngamuk
uangnya minta dikembalikan, yang besarnya Rp 10 miliar. Saya pernah bicara mengenai ini di sidang Wisma Atlet. Pengembalian uangnya lewat Lisa Lukitawati.Soal tuduhan jaksa dalam sidang Deddy Kusnidar, enggak ada hubungannya dengan data yang saya punya.
Yang pasti, ketika ditanya asal-usul dari Toyota Harrier, saya kesal saya marah ke KPK. Ini juga sudah saya tuangkan ke dalam blog. Saya cuma bisa bilang, Toyota Harrier tidak bisa dimasukkan ke dalam Hambalang. Karena, saya bisa menjelaskan asal-usul Toyota Harrier itu. Nanti di persidangan akan saya terangkan. Toyota Harrier Anas itu tidak ada hubungannya dengan Hambalang.
Bagaimana sebenarnya asal-usulnya?
Saya bisa membuktikan sampai sekecil-kecilnya. Saya sudah pernah dilidik oleh KPK mengenai mobil Toyota Harrier milik Anas dan saya sudah menjelaskan dari mana asal-muasal mobil tersebut. Tanggal 12 September 2009, Hasyim, adik Nazar, mengambil uang tunai dan cek untuk membayar mobil itu. Uang tunai dari brankas operasional Rp 150 juta dan cek PT Pasific Metropolitan dengan nomor cek EP 677964 sebesar Rp 520 juta.
Saya mendapat perintah dari Neneng SW untuk mengeluarkan itu semua. Cek Pasific ditulis sendiri oleh Neneng SW, saya hanya
memberikan ke Hasyim. Sedangkan Asal muasal uang mobil Harrier dari proyek apa dan bagaimana uang tersebut ada nanti akan saya terangkan di persidangan. Yang bisa saya jelaskan hanya uang yang ada di rekening PT Pasific bukan berasal dari Hambalang. Mana mungkin itu uang Hambalang, sedangkan saya sendiri tahu proyek Hambalang baru sekitar akhir 2010 atau awal 2011 saya agak lupa itu.
Saat disidik keluarlah nama Deddy Kusdinar. Mobil Toyota Harrier tidak ditanyakan oleh penyidik. Penyidik bilang saat itu, “Toyota Harrier tidak bisa masuk dalam Hambalang, Bu. Kan Ibu sudah menerangkan ke kami kalau itu bukan uang Hambalang.
” Memang, saya sebagai orang yang tahu soal mobil Toyota Harrier belum pernah disidik mengenai Toyota Harrier. Mobil Toyota Harrier baru dalam tahap penyelidikan sehingga, setiap KPK berbicara Toyota Harrier berasal dariHambalang, saya hanya nyengir kuda. Saya sudah sampaikan kepada penyidik KPK yang saya kenal, hati-hati kalau bicara di media, bukti yang ada tidak seperti itu, ini bisa menjadi bumerang untuk KPK.
Anda mengatakan itu ke penyidik KpK?
Ya. Saya tidak peduli dengan gunjang-ganjing politik dan saya malas untuk mengikuti kasus yang sedang saya hadapi di media, jadi saya tidak mau ambil pusing dengan langkah-langkah yang akan di ambil KPK atas keterangan yang sudah saya berikan dulu.
Anda masih diperiksa sebagai saksi di KpK?
Iya masih sampai sekarang juga, pada hari Rabu, 13 Februari 2013, saat saya datang ke KPK untuk disidik kasus lain, bukan kasus Hambalang, dua orang penyedik Hambalang meminta waktu untuk bicara. Mereka menanyakan sesuatu kepada saya mengenai Toyota Harrier dan beberapa hal lain. Mungkin tidak ada niat penyidik itu menekan saya.
Mereka hanya ingin mengetahui kebenaran dari uang Hambalang. Saya merasa mereka tidak percaya apa yang saya bicarakan. Wajar saja sebenarnya, karena mungkin mereka berpikir saya pro-Anas. Akhirnya, saya berbicara kepada mereka, agar mereka jangan menyeret saya untuk ikut skenario yang sudah mereka gembar-gemborkan, memaksa sesuatu yang tidak sesuai dengan bukti yang saya punya.
Saya tidak mau menjadi kendaraan politik siapa pun. Pertanggungjawaban saya bukan ke Anda (KPK), bukan ke manusia. Tanggung jawab saya hanya kepada Allah SWT. Jadi, saya tidak takut mengatakan kalau KPK salah, jangan sampai KPK kalah di pengadilan karena kesaksian saya. Karena, saya dapat membuktikan aliran uang yang ada bukan dari Hambalang. Aliran uang itu meninggalkan jejak dan saya dapat membuktikan sampai sekecil-kecilnya.Saya tidak keberatan siapa pun yang salah untuk dijadikan tersangka, apabila memang ada bukti yang kuat dan kesaksian yang mendukung. Tapi, janganlah saya dibawa-bawa ke dalam skenario jahat untuk menjatuhkan seseorang. Tujuan saya memberikan keterangan ke KPK sejujur-jujurnya dan sedetail-detailnya adalah untuk kepentingan pribadi saya. Saya menganggap hidup saya dulu bergelimpangan dosa. Apa yang saya lakukan sekarang untuk menebus dosa-dosa saya. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa saya.
sumber: asatunews.com
Mengenai kasus proyek Hambalang, jaksa dalam persidangan terdakwa Kepala Biro perencanaan Keuangan dan Rumah Tangga Kemenpora, Deddy Kusdinar, mengatakan anas Urbaningrum meneri¬ma sejumlah uang. apa yang anda ketahui soal ini?
Anas ada di catatan saya, tapi itu sebelum dia menjadi anggota DPR, bukan dalam proyek Hambalang. Sudah saya pastikan bukan di Hambalang. Karena, saya tahu Hambalang itu sekitar September 2010. Saat itu, Pak Nazar ngamuk-ngamuk
uangnya minta dikembalikan, yang besarnya Rp 10 miliar. Saya pernah bicara mengenai ini di sidang Wisma Atlet. Pengembalian uangnya lewat Lisa Lukitawati.Soal tuduhan jaksa dalam sidang Deddy Kusnidar, enggak ada hubungannya dengan data yang saya punya.
Yang pasti, ketika ditanya asal-usul dari Toyota Harrier, saya kesal saya marah ke KPK. Ini juga sudah saya tuangkan ke dalam blog. Saya cuma bisa bilang, Toyota Harrier tidak bisa dimasukkan ke dalam Hambalang. Karena, saya bisa menjelaskan asal-usul Toyota Harrier itu. Nanti di persidangan akan saya terangkan. Toyota Harrier Anas itu tidak ada hubungannya dengan Hambalang.
Bagaimana sebenarnya asal-usulnya?
Saya bisa membuktikan sampai sekecil-kecilnya. Saya sudah pernah dilidik oleh KPK mengenai mobil Toyota Harrier milik Anas dan saya sudah menjelaskan dari mana asal-muasal mobil tersebut. Tanggal 12 September 2009, Hasyim, adik Nazar, mengambil uang tunai dan cek untuk membayar mobil itu. Uang tunai dari brankas operasional Rp 150 juta dan cek PT Pasific Metropolitan dengan nomor cek EP 677964 sebesar Rp 520 juta.
Saya mendapat perintah dari Neneng SW untuk mengeluarkan itu semua. Cek Pasific ditulis sendiri oleh Neneng SW, saya hanya
memberikan ke Hasyim. Sedangkan Asal muasal uang mobil Harrier dari proyek apa dan bagaimana uang tersebut ada nanti akan saya terangkan di persidangan. Yang bisa saya jelaskan hanya uang yang ada di rekening PT Pasific bukan berasal dari Hambalang. Mana mungkin itu uang Hambalang, sedangkan saya sendiri tahu proyek Hambalang baru sekitar akhir 2010 atau awal 2011 saya agak lupa itu.
Saat disidik keluarlah nama Deddy Kusdinar. Mobil Toyota Harrier tidak ditanyakan oleh penyidik. Penyidik bilang saat itu, “Toyota Harrier tidak bisa masuk dalam Hambalang, Bu. Kan Ibu sudah menerangkan ke kami kalau itu bukan uang Hambalang.
” Memang, saya sebagai orang yang tahu soal mobil Toyota Harrier belum pernah disidik mengenai Toyota Harrier. Mobil Toyota Harrier baru dalam tahap penyelidikan sehingga, setiap KPK berbicara Toyota Harrier berasal dariHambalang, saya hanya nyengir kuda. Saya sudah sampaikan kepada penyidik KPK yang saya kenal, hati-hati kalau bicara di media, bukti yang ada tidak seperti itu, ini bisa menjadi bumerang untuk KPK.
Anda mengatakan itu ke penyidik KpK?
Ya. Saya tidak peduli dengan gunjang-ganjing politik dan saya malas untuk mengikuti kasus yang sedang saya hadapi di media, jadi saya tidak mau ambil pusing dengan langkah-langkah yang akan di ambil KPK atas keterangan yang sudah saya berikan dulu.
Anda masih diperiksa sebagai saksi di KpK?
Iya masih sampai sekarang juga, pada hari Rabu, 13 Februari 2013, saat saya datang ke KPK untuk disidik kasus lain, bukan kasus Hambalang, dua orang penyedik Hambalang meminta waktu untuk bicara. Mereka menanyakan sesuatu kepada saya mengenai Toyota Harrier dan beberapa hal lain. Mungkin tidak ada niat penyidik itu menekan saya.
Mereka hanya ingin mengetahui kebenaran dari uang Hambalang. Saya merasa mereka tidak percaya apa yang saya bicarakan. Wajar saja sebenarnya, karena mungkin mereka berpikir saya pro-Anas. Akhirnya, saya berbicara kepada mereka, agar mereka jangan menyeret saya untuk ikut skenario yang sudah mereka gembar-gemborkan, memaksa sesuatu yang tidak sesuai dengan bukti yang saya punya.
Saya tidak mau menjadi kendaraan politik siapa pun. Pertanggungjawaban saya bukan ke Anda (KPK), bukan ke manusia. Tanggung jawab saya hanya kepada Allah SWT. Jadi, saya tidak takut mengatakan kalau KPK salah, jangan sampai KPK kalah di pengadilan karena kesaksian saya. Karena, saya dapat membuktikan aliran uang yang ada bukan dari Hambalang. Aliran uang itu meninggalkan jejak dan saya dapat membuktikan sampai sekecil-kecilnya.Saya tidak keberatan siapa pun yang salah untuk dijadikan tersangka, apabila memang ada bukti yang kuat dan kesaksian yang mendukung. Tapi, janganlah saya dibawa-bawa ke dalam skenario jahat untuk menjatuhkan seseorang. Tujuan saya memberikan keterangan ke KPK sejujur-jujurnya dan sedetail-detailnya adalah untuk kepentingan pribadi saya. Saya menganggap hidup saya dulu bergelimpangan dosa. Apa yang saya lakukan sekarang untuk menebus dosa-dosa saya. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa saya.
sumber: asatunews.com