-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mahasiswi Asal Jerman : Dari Malaria, Adipura Sampai Penjual Ayam Hidup

| Maret 20, 2013 WIB
TROPICAL DESEAS atau penyakit yang banyak berjangkit di daerah tropis seperti malaria dan demam berdarah, bagi mahasiswa kedokteran di Indonesia mungkin bukan hal aneh. Namun bagi dua mahasiswi asal Jerman, Lena dan Franzi kedua penyakit tersebut menjadi unik. Itu karena tropical deseas memang dikenal hanya ada dan unik untuk daerah tropis dan subtropis. Penyakit tersebut kurang lazim Eropa, sebagian karena terjadinya musim dingin, yang mengontrol populasi serangga dengan memaksa hibernasi (tidur lama di musim dingin).


Tak heran jika Franzi dan Lena, yang sedang menjalani program pertukaran mahasiswa di bawah Center for Indonesia Medical Students Activities (CIMSA) dan International Federation of Medical Student Associations (IFMSA) di Fakultas Kedokteran Universitas Riau, menjadi tertarik mengetahui perihal penyakit malaria dan demam berdarah. Excited alias heboh, itulah reaksi kedua mahasiswi cantik ini begitu berada di Indonesia dan melihat langsung hal ikhwal yang berkaitan dengan penyakit-penyakit tropis tersebut.

Soal heboh, ada cerita menarik yang dialami Lena dan Franzi begitu keduanya diajak beberapa teman sekampus jalan-jalan ke beberapa pasar di Pekanbaru seperti Pasar Kodim. Apa yang membuat keduanya surprise dan heboh?

Ternyata hal menarik yang tak pernah ditemukannya di Jerman adalah penjual ayam yang menjual ayam hidup. Rupanya bagi orang Jerman dan Eropa umumnya ayam pedaging tak pernah dijual dalam keadaan masih hidup, semuanya dijual dalam keadaan siap dimasak, setelah disembelih dan dibersihkan kulitnya.

“Wow, itu sungguh aneh dan menarik! Di Jerman kami belum pernah menemukannya,” kata Lena dengan ekspresif dalam perbincangan dengan Kilas Riau , Selasa (18/3).

Dua pekan sejak keberadaan mereka di Pekanbaru, beberapa tempat menarik sudah dikunjungi dua gadis enerjik ini. Kesannya, Kota Pekanbaru di mata mereka adalah kota yang cukup bersih dan tertata. Walaupun di beberapa kawasan seperti pasar tradisional masih ditemukan ketidakteraturan, tapi keduanya memaklumi.

“Wajarlah, namanya juga pedagang pasti agak repot membuatnya selalu teratur rapi dan bersih. Tapi mereka sungguh menyenangkan,” ujar Franzi.

Soal kebersihan kota Pekanbaru, Franzi dan Lena baru betul-betul apresiatif setelah beberapa hari lalu keduanya berkunjung ke Ibukota Propinsi tetangga. Di kota lain, Franzi dan Lena justru menemukan banyak sampah yang tidak terkontrol.

“Wajarlah kalau kalian dapat piala apa itu, Adipura ya? Pekanbaru jauh lebih bersih dari kota lain,” puji Franzi.

Tak berbeda dengan kebanyakan bule yang datang ke Riau, Franzi dan dan Lena juga sangat terkesan dengan masyarakat Riau yang religius dan ramah terhadap sesama dan warga asing. Terlebih budaya Melayu yang menyatu dengan religiusitas keseharian warganya. Menurut keduanya, perilaku masyarakat yang religius dan ramah justru sangat disukai oleh masyarakat luar negeri karena kedua hal tersebut sekarang sudah menjadi barang langka khususnya di Eropa dan Amerika (eka satria)***