-->

Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengintip Usaha Perabot di Imam Bonjol, Pekanbaru

| Juni 02, 2013 WIB
PEKANBARU -- Furniture atau perabot rumah tangga menjadi kebutuhan yang tak kalah penting bagi warga kota Pekanbaru. Bagi masyarakat menengah dan bawah, perabot juga menjadi bagian dari cara meningkatkan citra diri dan gengsi sama seperti mereka dalam kelas sosial ekonomi atas.
Karena itu, pilihan harga yang terjangkau namun tetap tak mengurangi cita rasa kemewahan, kawasan Jalan Iman Bonjol, Hos Cokroaminoto dan Leimena, Pekanbaru menjadi pilihan warga kota. Di kawasan tak jauh dari Pasar Sukaramai ini berderet usaha perabot yang memamerkan berbagai jenis perabot rumah tangga. Dari lemari pakaian , meja makan dengan kelengkapan set-nya, tempat tidur maupun meja kerja bisa diperoleh di sini.


Selain di kawasan Jalan Iman Bonjol, HOS Cokroaminoto dan Leimena, di Jalan HR Soebrantas juga banyak toko-toko perabot. Namun pusat penjualan perabot dekat Pasar Agus Salim ini punya kelebihan sendiri.

Salah seorang pengusaha perabot H. Amri, mengaku untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah memang di sanalah pusatnya. Ia mengatakan hal itu karena tawaran harga berbagai jenis perabot sesuai rata-rata kemampuan keuangan masyarakat menengah-bawah.

"Memang dari dulu, di sinilah pusatnya. Usaha perabot terpusat di sini, selain itu karena di daerah sini banyak toko-toko yang menjual semua kebutuhan rumah tangga. Kasur, peralatan dapur dan semacamnya. Jadi praktis," kata H Amri, pemilik usaha perabot Eka-Deni Perabot di Jalan Imam Bonjol.

Menurut pria 60 tahun tersebut, karena rata-rata harga perabot yang ditawarkan terbilang murah, masyarakat menjadikan pusat perabot di kawasan itu sebagai tujuan utama berbelanja.

"Kalau untuk menengah atas kan mereka punya workshop sendiri, ada juga yang di mall. Itu harganya kan mahal sekali. Masyarakat pun kadang-kadang risih datang apalagi menawar. Kalau kita di sini ya calon pembeli ndak sungkan-sungkan sekedar melihat-lihat, kalau pas dengan kantong baru mereka beli. Ya disesuaikan kantong masyarakatlah. Makanya kita juga tak bisa ambil untung besar," ujar H Amri yang sudah menekuni usaha perabot sejak 21 tahun lalu.


Dari pantauan Pekanbaru MX di beberapa toko perabot, harga yang dipatok untuk jenis barang tertentu hampir sama. Misalnya untuk lemari satu pintu mereka jual rata-rata pada harga Rp 600 ribu, meja kerja ditawarkan dengan harga Rp 300 ribu. Bahkan untuk satu set meja makan harganya antara Rp 900 ribu sampai Rp 1,2 juta. Meski murah dan dengan bahan kualitas sedang, namun di tangan para pembuat perabot, bahan yang berkualitas sedang bisa digunakan lebih lama dengan berbagai teknik pengerjaan dan pemolesan bahan.

H Amri menyebut kebanyakan pengusaha perabot di sana mendapatkan bahan mentah dari daerah Simpang Kualu.

"Untuk masyarakat ekonomi sedang atau bawah, saya kira harga barang di sini masih terjangkaulah," ungkapnya.

Pedagang perabot lain di Jalan Leimena, Ny Murni mengaku rata-rata pembeli mengerti kecsesuaian harga dengan jenis bahan.
"Bahannya tentu tak jelek-jelek betul. Pokoknya untuk pemakaian sehari-hari, seperti lemari atau meja kerja bisa dijaminlah tahan," ungkap Ny Murni.

Para pedagang sepakat bahwa sebagai pusat penjualan perabot di kota Pekanbaru mereka juga butuh promosi dari pemerintah agar usaha mereka tetap eksis.

"Biasanya yang banyak ke sini itu ya pasangan pengantin baru. Mereka dapat infonya dari mulut ke mulut saja. Setelah datang ke sini mereka baru yakin harga yang kita patok di sini tidak mahal," aku Ny Murni.

Para pedagang perabot mengaku saat-saat menjelang bulan puasa dan lebaran bahkan setelah lebaran, pembeli biasanya lebih ramai dari bulan-bulan lainnya. Hal itu memang menjadi hal yang jamak di kalangan masyarakat karena di suasana lebaran orang ingin menambah atau mengganti perabot rumah mengikuti kemeriahan suasana lebaran.

Meski mengaku belakangan agak terkendala pasokan bahan baku, namun sebagian besar pemilik usaha perabot memilih menjalin kerjasama dengan pemilik shawmill di berbagai daerah di luar Pekanbaru. Kecuali itu, ada juga toko-toko perabot yang hanya fokus pada penjualan saja.

"Sebagian ada yang saya pesan untuk jenis-jenis tertentu yang lumayan laku, sebagian ada yang berupa konsinyasi dengan teman," ujar Yunaldi, pedagang perabot lainnya.

Jika rencana Pemko Pekanbaru yang hendak menjadikan kawasan Agus Salin sebagai kawasan Pasar 24 jam meniru Malioboro, agaknya para pengusaha, pemilik dan pembuat perabot seperti H Amri dan Ny Murni tersebut bisa dimasukkan dalam rencana besar Pemko untuk meningkatkan kesejahteraan pedagang sekaligus menjadikan usaha furniture atau perabot berkembang.

"Kalau bisa, ya kami juga senang Pemerintah kota Pekanbaru mau membina kami, mudah-mudahan Pemko juga tak melupakan kami-kami pengusaha perabot ini," harap Ny Murni. ***